Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Bagaimana jika Aku tak lagi bersama Islam?

Pagi ini naik motor seperti biasanya. Aku dengan sedikit lebih pelan karena kecepatan yang tidak dapat dimungkinkan lebih cepat. Ya.... sakit itulah kenyataannya. Sakit, bukan secara fisik akan tetapi jiwa yang sakit. Jiwa yang sakit karena merasa nafsu sudah menguasai, hingga tak lagi mampu melihat nukmat Tuhan yang begitu besarnya kepadaku. Jika hari ini aku harus menangis, itu bukan karena aku yang sedang cengeng, tetapi karena aku sedang lemah. Bukankah setiap manusia memiliki titik dimana orientasinya hilang?. Bukankah setiap manusia memiliki titik dimana Ia lebih baik diam dan bertanya, kenapa dan bagaimana aku kini?. Tuhanku yang diajarkan lewat guruku memiliki banyak sifat yang mewujudkan kekuasaannya, kehendaknya dan maha besarnya. Jika manusia sepertiku menjadi tidak berdaya karena sebuah kondisi yang tidak diinginkan, apakah Aku harus tetap berdiri secara tegak?, dapatkah Aku berlindung untuk bersimpuh sebentar dan berkata bahwa aku ingin Tuhan tetap menjadi pengayomku dan ...

Karya

Begitu relatifnya manusia, sampai-sampai Ia mampu berubah dalam waktu yang singkat. Bukan semata pertimbangannya yang cepat berubah, tetapi Ia mampu selalu menjadi sosok lain yang muncul dalam sekejap mata. kalau teori relatifitas dipegang karena kedinamisannya maka relatifnya manusia adalah kedinamisannya akal. Bukan kemunafikan, tetapi relatifitas. Menjadi sebuah karya yang baik bagi manusia saat Ia mampu mengelola akalnya dengan baik, menyesuaikannya dengan kondisi yang dilakukan oleh budi (fisik) sehingga kesesuaian inilah yang disebut karya.