REKONSTRUKSI TASAWUF DALAM KONTEKS MODERNISME
Oleh:
Nining Ernawati
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk multi dimensi yang senantiasa
berpikir untuk dirinya dan hidupnya untuk kemajuan dirinya. Inilah fitrah yang
diberikan kepada manusi asebagai makhluk berpikir. Sebagai Khalifah fil ardl
yang memerankan fungsinya dimuka bumi ini.
Dalam pandangan tasawuf, jika manusia ingin meraih
derajat kesempurnan (insan kamil), yang mampu menduduki sebuah jabatan ma’rifat
dengan adanya latihan spiritual. Tidak memungkiri bahwa lahirnya
dimensi-dimensi baru dalam kehidupan sekarang yang orang lebih sering
mengatakan ini adalah zaman modern dan arus globalisasi merambah keberbagai
bidang kehidupan manusia.
Manusia lebih sering mengaktualisasikan dirinya
sebagai makhluk yang serba menerima dan akhirnya keadan ini akan menyingkirkan
dirinya dari sebuah kedekatan kepada Tuhan. Kehidupan tasawuf akhirnya akan
hilang begitu saja. Deskontruksi inilah yang menghambat pemikiran dan sebuah
pola kehidupan yang mampu membawa ketenangan kepada dirinya.
Pencapaian derajat spiritualitasa manusia sangat tergantung
dengan bagaimana upaya manusia mempertahankan identitas dirinya. Manusia hanya
berpikir bagaimana mereka dipandang dalam dunianya, mendapatkan apa yang
diinginkannya, menikmati apa yang dia dapatkan tanpa mereka berpikir kemajuan
yang mereka nikmati telah merenggut kesadaran mereka akan Tuhan dan
kedudukannya di bumi.
PEMBAHASAN
Tasawuf pada hakikatnya adalah adanya perubahan
pemikiran dan perilaku yang orang lebih sering menyebutnya akhlak. Tidak
mengelak bahwa manusia memang makhluk yang sempurna yang diciptakan dalam semua
kesempurnaannya, mengembangkan dirinya dengan teknologi yang ada sekarang yang
itu adalah karyanya sendiri. Manusia zaman sekarang berbeda dengan manusia yang
dulu. Rasionalisme, egosentrisme, dan empirisme adalah sifat manusia yang
kebanyakan ditemui sekarang ini.
Yang menjadi persoalan adalah bagaimana kita dapat
merekonstruksi tasawuf yang telah destruktif di zaman modern ini. Saat kita
lihat zaman sekarang tasawuf tidak begitu dilupakan tetapi memang hanya
pembahasannya yang dihubungkan dengan pembahasan ilmu-ilmu lain.
Manusia sering salah menanggapi apa yang ada sekarang
dan menikmatinya. Sarana yang tersedia tidak jarang menjadi hal yang melupakan
mereka pada hakikat diri mereka dan pada hakikat Tuhan. Kehidupan bertasawuf
yang dulu begitu digemari sekarang menjadi hal yang asing dan aneh. Betapa
tidak, orang lebih sering mengomentari seseorang yang berperilaku alim,
sederhana dan berbuat baik.
Kemajuan IPTEK telah membutakan mereka dalam hidup,
manusia lebih sering mengabiskan waktunya duduk didepan computer, chatting,
browsing, ataupun sekedar bermain game. Iptek yang seharusnya menjadi teman
mera, sebagai pembantu mereka dalam mempermudah pekerjaan mereka malah menjadi
berhala-berhala yang memalingkan mereka dari kewajiban mereka beribadah kepada
Tuhan.
Manusia lebih sering berbuat eksploitasi terhadap bumi
dengan penemuan-penemuan barunya. Yang pada akhirnya mereka berbuat kerusakan
dimuka bumi ini. Allah berfirman dalam Quran surat Ar-Rum 41:
41.
telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Kemudahan itu adalah karya manusia itu sendiri tetapi
kemudahan itu telah melupakan mereka bahwa mereka juga hanyalah sebuah ciptaan.
Al Quran kini hanya sebagai tontonan dan acara televise kini lebih sering
menjadi tuntunan bagi masyarakat. Suatu hal yang memprihatinkan, bahwa ajaran
budaya Rasul telah tertutup oleh kemajuan dimensi zaman.
Dalam kehidupan sekarang ini mungkin mengurangi rasa
malu itu perlu, untuk menahan sebuah ejekan atau cemoohan dari orang lain
karena pemikiran dan tingkah laku kita yang akan menghidupkan kembali kobaran
tasawuf yang ramah dengan kehidupan. Perlunya sikap mengubah diri kepada budaya
Islam yang sesuai Al Quran dan Sunnah rasul dalam kehidupan, menghindari
materialism dan hedonism adalah sebagian kecil menggali kembali hakikat hidup
bertasawuf hingga manusia memang merasakan sebuah kenikamatan, rahmat dan
kebahagiaan batin.
Pada dasarnya saat kita banyak untuk mengingat
kekuasaan Tuhan kita dapat menepis rasa egosentrism kita yang sering muncul dan
berat tangan untuk berta’awun dengan orang lain bahkan kepada sesame muslim
sendiri. Kehidupan revolusioner telah member pandangan bahwa kita bisa hidup
sendiri tetapi manusia tetap tidak dapat mengubur jasadnya sendiri. Dalam
kehidupan saja manusia tidak dapat mengandalkan diri sendiri apalagi saat
manusia sudah mati nantinya. Manusia akan lebih tergerak hati saat mengingat
kematiaan untuk bisa mengubah perilakunya kepada yang sesuai dengan ajaran agama.
Tasawuf pada zaman sekarang sangat penting dan mutlak
perlu dilakukan untuk kemaslahatan bersama. Tidak memberhalakan permasalahan
dan urusan dunia diatas masalah akhirat yang lebih krusial dari pada kehidupan
dunia yang hanya sementara ini.
Merekonstruksi
ulang tasawuf itu adalah suatu hal yang penting karena tasawuf adalah ilmu
terbuka dengan segenap ilmu-ilmu yang mnedukungnya bisa bertahan ditengan
gemerlapnya dunia yang penuh fantasi ini. Ada yang menghubungkan tasawuf dengan
ilmu fiqh, akhlak, psikologi dan lain sebagainya. Hidup ala Rasulullah dengan
penuh kebersahajaan, kesederhanaan, kewibawaan, kebijaksanaan dan penuh
akhlakul karimah sesuai al Quran dan Sunnah adah hal yang perlu dilestraikan di
era sekarang ini untuk tetap mempertahankan tasawuf yang positif.
PENUTUP
Tasawuf tidak mengharamkan sebuah kemajuan zaman dan
hal yang mengikutinya, tetapi tasawuf membenci perilaku yang mendewa-dewakan
kemajuan dan hal yang mengikutinya sehingga melupakan hakikat dirinya sebagai
‘abd yang harus menyembah kepada sang khaliq. Menyeimbangkan masalah dunia dan
akhirat adalah solusi terbaik dalam setiap perilaku yang dilakukan.
Tidak menutup diri dengan sesuatu yang baik walau itu
merupakan suatu kebiasaan lama. Tetap bersufi tetapi tidak membutakan diri
dengan kemajuan dan menempatkan diri sebagai khalifah fil ardl yang baik dan
dirahmati Allah. Allah menyukai orang-oang yang senantiasa berbuat kebaikan.
Wallahua’lam bi shawab.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad
Hasyim.2002.Dialog antara Tasawuf dan Psikologi.Pustaka Pelajar Offset:
Yogyakarta.
Romdon.1995.Tasawuf
dan Aliran-aliran Kebathinan.Lembaga Studi Filsafat Islam:Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar