Usia dini atau
yang disebut dengan the golden age
memiliki peranan penting sebagai sarana pembentukan karakter dimasa mendatang.
Masa pembentukan karakter ini bukan hanya sebatas nilai moral saja, namun juga
karakter sosial, spiritual dan emosional. Faktor yang mempengaruhi karakter
adalah pola pendidikan yang ditanamkan pada diri anak, sehingga akan terbawa
sampai anak dewasa. Banyak diantara kita yang sudah mulai sadar akan pentingnya
pendidikan anak pada usia dini sehingga pada usia 0 – 5 tahun sudah mulai
dimasukkan ke lembaga pendidikan anak atau yang sering disebut dengan Kelompok
Bermain (KB). Hal ini pasti dimaksudkan untuk perkembangan positif pada anak
yang diharapkan oleh orang tua. Anak lebih mampu bergaul dengan teman sebaya,
mampu membiasakan kebiasaan positif, diberikan penanaman ibadah, mampu membaca
dan berhitung lebih baik dari pada teman sebaya yang tidak masuk KB. Munculnya
KB rasanya sudah mulai dirasakan oleh masyarakat perkotaan bahkan pedesaan.
Kehadirannya begitu massif dan banyak diminati karena jelas membantu dalam hal
penanganan anak selama orang tua bekerja. KB juga ternyata dinilai memiliki
peranan penting dalam pola perkembangan anak. Anak usia dini memang membutuhkan
perhatian khusus, disamping perhatian anak juga membutuhkan pembentuk
kepribadian terbaik dari orang disekitarnya.
Dalam
perkembangan modern, munculnya kelompok bermain kian menjadi trend. Kehadirannya ditengah masyarakat
seolah menjadi nafas segar bagi seorang ayah dan ibu yang sibuk bekerja. Ketika
waktu tersita oleh pekerjaan maka si anak akan dititipkan untuk mendapatkan
asuhan dari orang tua asuh di kelompok bermain. Tidak jarang setiap dari kita
merasa terbantu dengan kehadiran tempat penitipan anak dan kelompok bermain
ini. Pananaman model diri, membentuk kebiasaan positif dalam rangka membangun
karakter. Dikutip dari EDUCHILD.Vol.01 50% anak
lebih mampu mengembangkan daya kreativitasnya ketika dimasukkan dalam
kelompok bermain dari pada anak yang tidak dimasukkan ke dalam kelompok
bermain. Hal ini bisa terjadi karena kasih sayang orang tua yang cenderung
berlebihan sehingga melarang anak untuk bereksplorasi dengan dunia di luar.
Kelompok bermain dengan misi membentuk karakter positif anak membangun dirinya
menjadi lembaga pencetak generasi emas dengan berbagai kurikulum yang
diterapkan. Kurikulum ini menjadi ruh dalam penanaman pendidikan karakter anak
usia dini sehingga pada prinsipnya anak mampu berkembang sesuai taraf usianya. Kelompok
bermain bukan hanya sebatas menampung anak-anak yang ditinggal bekerja,
mengasuh, namun juga ikut memasukkan muatan pendidikan. Ini menjadi kritik bagi
KB yang hanya mengedepankan asuhan saja tanpa didikan. Setiap orang tua
memiliki pola yang berbeda namun kehadiran KB tidak begitu menjadi masalah
untuknya memasukkan anak-anak usia dini ikut bergabung menghabiskan waktu
seharian di KB.
Model taman
bermain atau kelompok bermain memberikan tempat seluas-luasnya untuk anak
bereksplorasi. Guru pendamping atau orang tua asuh memberikan hikmah dengan
cara yang menyenangkan. Mulai dari membangun kecerdasan emosional dengan tidak
memperturutkan segala keinginan, kecerdasan sosial dengan belajar saling
berbagi mainan, kecerdasan spiritual dengan memulai segala aktifitas dengan
berdoa, kecerdasan intelektual dengan memperkenalkan berbagai benda atau hal
disekitar anak. Menjadi hal yang lumrah bagi kita ketika anak usia dini mulai
mempertanyakan maksud atau makna benda yang dilihat. Orang tua asuh akan
memberikan jawaban dengan bijaksana. Pada kehidupan modern ini anak lebih
sering dihadapkan pada hal yang instan yang lebih sering menggelisahkan, yaitu
gadget. Di era ini gadget menjadi primadona untuk menenangkan anak saat
tantrum. Persoalan yang sering muncul adalah anak menjadi kian ketaguhan dan
kecanduan terhadap gadget. Hal ini juga menjadi alasan bagi setiap orang tua
memasukkan dalam KB karena di dalamnya anak tidak terfokus pada main gadget,
namun sibuk bermain dengan teman-teman mengasah kemampuannya.
Persoalan gadget
bukan hal yang tabu lagi bagi kita, namun seiring bertambahnya kesadaran bahaya
gadget bagi kita seriring sejalan pula dengan orang tua atau pengasuh anak yang
memberikan gadet dengan dalih agar anak tidak menangis atau tidak usil. Hal ini
menjadi cambuk bagi kalangan pendidikan anak usia dini karana hal ini dinilai mampu
membatasi ruang gerak anak sehingga anak tidak mampu mengeksplorasi dirinya
dengan lingkungannya. Persoalan ini menjadi pehatian dan harus segera
diselesaikan dan dicari solusinya. Merekonstruksi sistem pola asuh masyarakat
tentu bukan hal yang mudah karena yang harus direkonstruksi adalah pola pikir
dan budaya. Ketika era 90an anak usia dini lebih sering dihadapkan pada pola
bermain dengan alam. Permainan tradisional menjadi makanan sehari-hari anak.
Alam menjadi guru bagi anak-anak. Kini kita dihadapkan pada satu fenomena yang
tidak bisa kita hindari yakni kemajuan teknologi komunikasi dan informasi.
Kemajuan ini dibarengi dengan kemajuan pola berpikir orang tua yang akan
menyesuaikan dirinya dengan pola asuh yang diberikan. Pemberian gadget pada anak
untuk menjaga anak tetap diam dan tidak menangis. Pola itu kini perlu
direkonstruksi dengan pola asuh yang lebih mampu menonjolkan keunggulan dan
keistimewaan anak. Salah satu solusi pola pendidikan modern kini adalah
kelompok bermain prophetic.
Kelompok bermain
menjadi primadona ditengah gersangnya kasih sayang orang tua yang tertutup
kesibukan. Tidak jarang kelompok bermain juga tidak begitu memahami konsep anak
usia dini sehingga cenderung mengekploitasi anak pada zamannya. Kelompok
bermain prophetic ini bisa menjadi pola
pendidikan kelompok bermain ini bisa dikatakan pola pendidikan non formal yang
terstruktur. Berbeda dengan usia wajib belajar yang memiliki standar baku
pendidikan nasional. Kelompok bermain hadir dengan kurikulum yang berbeda,
yakni dengan kurikulum sesuai tingkat perkembangan anak pada usianya, yakni
bermain. Konsep ini beraneka ragam bentuknya, ada konsep pendidikan usia dini
berbasis alam, berbasis kearifan local, berbasis ilmu pengetahuan, berbasis
sosial dan berbasis spiritual. Berbagai ciri khas ditonjolkan oleh lembaga
kelompok bermain untuk mendapatkan segmen masyarakatnya. Tidak mudah mengatur
cara berpikir anak yang masih hidup dalam alam pikirannya sendiri. Namun
struktur dan pola pembelajaran yang menyenangkan menjadi bahan untuk mampu
terus mengembangkan daya aktif dan kreatif anak. Tidak terikat oleh target yang
muluk menjadikan pola pendidikan ini bebas. Pembatasanstruktur kurikulum pada
lembaga kelompok bermain berarti membatasi pula perkembangan anak usia dini.
Walaupun tidak berbatas namun ada patokan nilai-nilai positif yang bisa
dikembangkan oleh pengasuh atau guru pendamping. Konstruksi yang dibangun
adalah konstruksi nilai.
Kelompok bermain
mampu membangun budaya mendayaguna dalam pendidikan anak usia dini. Memanfaatkan
nilai positif yang mampu muncul dalam diri seorang anak kemudian diwujudkan
dalam perilaku dan dibudayakan. Melihat teori perkembangan anak usia dini yang
layaknya kertas putih maka untuk dihasilkan gambar yang bagus perlu kuas dan
warna yang bagus. Pembentuk karakter ini adalah lingkungan. Sebagian besar
lingkungan menjadi faktor utama pembentukan karakter anak usia dini. Memasukkan
anak usia dini pada kelompok bermain berarti memberikan bingkai pada anak untuk
dilukis dengan baik dan terbangun karakter positif. Mendayagunakan energi
positif yang dimiliki setiap anak juga menjadi hal yang penting untuk dilakukan
karena anak-anak akan cenderung aktif dalam bergerak, sedang ingin tahu
berbagai hal yang ada disekitarnya, termasuk hakikat dirinya.
Pola pendidikan
yang sangat dirindukan adalah pola pendidikan yang memanusiakan manusia.
Pemabatasan pada pencapaian dan standardisasi pendidikan dengan range nilai merata maka pola pendidikan
ini masih belum mampu dikatakan manusiakan manusia dan memerdekakan pikiran.
Kelompok bermain mendasar pada pola tidak berbatas dan tidak memberikan target
pada pencapaian peserta didik. Kasih sayang yang dibangun oleh orang tua kadang
menjadi boomerang yang tidak bertepi karena kasih sayang yang diberikan bisa
menjadikan anak tumbuh menjadi anak yang manja dan tidak struggle dalam kehidupan. Pola pembiaran anak yang begitu bebas
juga menjadi persoalan dalam perkembangan karakter. Anak akan cenderung menjadi
pribadi bebas dan semaunya karena pelepasan dalam pola pendidikan. Maka sebagai
anak usia dini perlu bagaimana seorang anak terlepas dari hal-hal negatif yang
memungkinkan akan membentuk karakter dirinya. Berbanding terbalik dengan itu,
anak yang terlalu dalam kekangan akan membentuk anak yang ekstrovet, anak akan
cenderung tidak kreatif dan mengalami kesulitan dalam berbagai sisi. Maka
menjadikan anak sebagai makhluq yang harus dibentuk dengan baik adalah dengan
mendayagunakan seluruh energi untuk hal positif, tanpa anak keluar dari
fitrahnya.
Keseimbangan
kehidupan dibangun dalam berbagai lintas segmen dasar manusia. Sosial,
spiritual, intelektual. Spiritualitas adalah kunci dari segmen kehidupan. Moral
dibangun melalui akses spiritual. Dalam kelompok bermain aspek ini juga
menduduki posisi penting dalam pembangunan karakter anak usia dini. Solusi
terbaik bagi orang tua yang tidak begitu mengetahui pola asuh terbaik maka
solusi kelomppok bermain prophetic
ini mampu menjadi alternatif pilihan untuk mewujudkan generasi anak yang cerdas
dalam berbagai segmen kehidupan.Kelompok bermain prophetic disandarkan pada
nilai-nilai pendidikan kenabian yang memadukan berbagai kemampuan anak-anak.
Kelompok belajar ini menggunakan kurikulum sebagaimana nabi mengasuh
anak-anaknya dan disesuaikan dengan kondisi anak pada era kini. Kurikulum
bebas, namun dalam pemberian materi menggunakan pendekatan spiritual, sosial,
dan semangat membebaskan anak dari kebodohan, kemelaratan dan cakap dalam
berbagai kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar