Jumat, 04 Agustus 2017

AL QURAN (Wahyu Allah Yang Tak Akan Pernah Padam)

Menjaga alQuran dan mencintainya
Tidak disangka sudah bertahun-tahun lamanya alquran ada sebagai pedoman dan petunjuk manusia untuk kebahagiaan dunia akhirat. tidak ada keraguan di dalamnya sesuai Quran Surah Albaqarah :2 yang artinya "itulah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya". Meyakini bahwa alquran adalah kitab yang senantiasa didalamnya ada rahmat dan petunjuk bukan hal yang mudah semudah membalikkan telapak tangan. Karena pada masanya jika meyakini alquran adalah kemudahan niscaya keagungannya akan membuat orang kafir quraisy begitu mudah menerimanya dan beriman kepadanya.

Kamis, 27 Juli 2017

Teruntuk masalaluku,
Aku mengerti perasaanmu yang tak lagi bersamaku, bahkan aku sangat mengerti seperti apa dirimu bagiku kini,
kini dan esok kau hanya serpihan yang tak akan kunjung kembali bahkan aku terus meninggalkanmu dengan berbagai alasan yang terus aku bentuk
aku pernah melewatkan waktu bersamamu, menanti, memandang yang tak lepas dari pikiran hingga kau menjadi bagian indah yang terus menari didalam benakku
aku yang meyakini kau adalah kenyataan yang ada, kenyataan yang menjadi sandaranku untuk terus menikmati jalan di senja hari
untukmu yang pernah ada dihidupku,
kini aku sendiri bukan berarti dalam sepi, ucapan terima kasihku kepadamu yang selalu aku sampaikan melalui desir angin yang terus mengajak bercengkerama
kini aku melihatmu dengannya bukan aku menyesali dan bersedih atas itu, namun aku turut berbahagia untukmu dapat melanjutkan hidupmu dengan penuh ringan kebahagiaan
Aku berterima kasih kepadamu karena kau hadir dan memberiku arti atas waktu yang aku lalui bersamamu, waktu yang aku sia-siakan hingga aku menyadari betapa waktu adalah permata yang berharga dalam hidupku, bersama waktu aku melangkah meninggalkanmu yang lebih dulu meninggalkanku bersama mimpi-mimpiku yang sempat terbengkalai
Kau tahu, aku tidak membencimu dan aku juga tak menyesal bertemu denganmu karena darimu aku belajar menjaga diri dengan sebaik-baiknya kini, karena darimu aku tahu bahwa aku harus menjaga kehormatanku juga aku harus menjauhkan diriku dari dosa karena itu aku melangkah maju dan pergi
ya, aku pergi darimu hingga aku lupa kapan waktu kita pertama dan terakhir bertemu juga aku lupa saat aku menghabiskan kesedihanku atas dirimu
aku belajar banyak dari semua hal baik atas dirimu juga buruk yang menyelimuti diriku, aku yakin jika suatu ketika aku akan lebih berharga didunia jika aku meninggalkanmu dan janjimu, janji yang tak kunjung kau tepati dan justru kau hancurkan.
saat atas nama pernikahan kau buat janji itu, dan menghancurkannya aku belajar betapa aku ingin belajar menjadi wanita istiqamah dalam cinta Tuhanku dan menepati janji yang aku ucapkan kepada sesamaku.

Rabu, 19 Juli 2017

ups...... ada yang merasa bersalah nih,
iya, dari apa yang sering dikatakan pasti ada yang "jleb" tidak berkenan atau merasa ada yang salah gitu jika didengar orang lain. Susah nya menjaga lisan dan menjaga kata-kata baik yang keluar dari mulut, padahal kita punya pikiran yang selalu mengatur ya?, apa itu artinya kita tidak lagi menggunakan akal kita ya?, membiarkannya berkeliaran hingga ia liar dan apa yang kita lakukanpun tak lagi bisa dikendalikan. Duh sedihnya jika begitu kondisinya. dalam beberapa hal kita tak mungkin melakukan sesuatunya tanpa dipikir dan tanpa dikendalikan. Kenapa kita jarang sekali menggunakan akal untuk berpikir dalam setiap tindakan kita?. (bersambung)

Minggu, 19 Maret 2017

Melanjutkan judul yang sebelumnya ya....
Beberapa hari belakangan ini, kaum-kaum sorban sedang begitu akrab terdengan seperti waktu yang beriring angin yang menyejukkan. Ada beberapa nama yang entah ini karena kebetulan atau ini merupakan sebuah godaan. Sejak kegiatan tempo lalu, aku berpikir bahwa tidak mudah memang menjadi seorang yang "berbeda" dari kebanyakan orang. tetapi jika bisa memilih maka jalan kebahagiaan akhirat menjadi tujuan utama dalam sebuah perjalanan.
Ada diantara mereka merupakan sosok yang alim dari awal, tetapi tidak jarang dari mereka adalah sosok "nakal" pada zamannya dan ada juga sosok-sosok akademisi, Sarjana. Seperti yang belum lama ini disuguhkan kepadaku, yang bahkan aku tak tahu siapa namanya dan hanya sekilas aku melihat wajahnya.
Dialektika pria-pria bersorban. Alangkah indahnya jika sebuah ilmu dapat disandingkan haromonis dengan agama. Setiap perubahan waktu akan menghasilkan dialog ilmu tersendiri yang harus didamaikan dengan waktu itu sendiri. Seperti halnya begini, semakin zaman maju maka tantangan yang dihadapi semakin besar dan berat maka perlu adanya ilmu agama dan ilmu umum untuk mampu menjalani hal tersebut dengan seirama dan mampu menjawab tantangan yang ada. Tidak konservatism yang tertutup. Ada kalanya kita merasa tidak cukup mampu menjalankan dan menghadapi tantangan yang ada karena ilmu yang tidak cukup. Dengan kata lain "bodoh". Pria-pria bersorban, itu ketika mereka keluar untuk berdakwah, namun ada kalanya dalam kesehariannya begitu saja, sebagaimana pada keumumannya, berkaos, bercelana, dan bergurau layaknya pria-pria kebanyakan.
Ah... Sebagai orang yang ada disekitar mereka tentu itu hal yang biasa. yang menjadi penting adalah esensi dan sikap yang baik sebagai seorang muslim, apabila dalam keseharian seorang muslim mampu memenuhi kewajiban dan haknya sebagai muslim. Allua'lam.

Minggu, 05 Februari 2017

Setengah Jalan, dalam Romantisme Hidayah

Setiap bahasa memiliki makna yang ada di dalamnya. sebagaimana bahasa pria-pria bersorban yang ditemui secara indisental. bukan persoalan sorban yang dipakai, dengan baju gamis khas pondok pesantren tetapi seberapa mampu kita bertahan dengan apa yang berbeda dari kita secara materiil. Berjalan ditengah kota, melintasi orang-orang yang ada disekelilingnya yang mungkin saja semua orang akan bergumam "aneh". tetapi mungkin gumaman itu hanya sebatas isapan jempol belaka. Ini sebuah tantangan, bagaimana melestarikan sebuah misi dakwah dalam balutan yang berbeda dari ke umuman.
Pria-pria itu seperti kelompok burung yang terbang keluar sarang secara bersama-sama, saling menguatkan dan saling mengembalikan niat. paling tidak selama kami berkomunikasi dengan pria-pria itu hal yang dapat diambil hikmah adalah bagaimana menjadi muslim yang bermanfaat dan berdaya guna, nilai dan hanya ingin memperlihatkan bahwa Islam adalah bentuk kebersamaan. "Lain pintu lain pula rumahnya". yaa lebih enak memnggunakan kata-kata ini, kami yang berkhidmat di Muhammadiyah dan pria-pria itu dilembaga lain. Ah, pelangi itu kelihatan bagus karena ia terdiri dari banyak warna menjadi satu. lalu apa yang akan dipermasalahkan?, pemahaman?, Aktualisasi?, Perbedaan?. Ah... Tidak juga, pemahaman kita inikan bisa berubah, saat ini mungkin saya bisa mengatakan Muhammadiyah adalah ormas yang saya sedang sepakatnya, bisa jadi besok ada kesepakatan atas yang lain, karena ideologi itu dinamis bukan statis.
Ah, romantis sekali, ketika melihat mereka dengan gaya canda yang biasa tetapi memuat misi dakwah, yaa walaupun masih belum mampu sepenuhnya menerima kebiasaan yang di lakukan sih, tapi entahlah... romantis saat mengingat perjuangan yang dilakukan. Betapa tidak, mereka bukan orang yang dari awal menyukai agama, menjadikan agama sebagai lahan dan jalan hidup, tetapi hijrah mereka yang luar biasa, yang dari awal dari negeri antah brantah kini mereka menjadi pejuang Islam dengan jalannya. cara menemukan jalan kembali yang indah dan masih mempertahankan keindahan dengan atas nama cinta kepada Islam. sedikit banyak diingatkan bahwa menjadi manusia itu bukan soal siapa dengan siapa, tetapi Allah dan manusia. disana begitu luas maknanya hingga kata yang sering diucapkan adalah kata "maaf, atas kekurangan sempurnaan kami" ah... itu romantis sekali. (bersambung)

Senin, 02 Januari 2017

Pikir Malam

Malam ini belajar dari kehidupan dan penghidupan. Tentu keduanya tak mampu dipisahkan satu dengan lainnya. Jika ada kenyang maka ada makan, jika ada makan maka ada upaya mengadakan makan dsb. Aku dibesarkan ditengah keluarga petani yang hidup dari bidang-bidang tanah dan apa yang ditanam. Tuhan, memberikan kita semua lahan dan rizky yang bertebaran di muka bumi. Maka kewajiban kita untuk mencari guna bertahan hidup. Kehidupan kita semua ada di kaki kita masing-masing, tetapi kaki kita berdiri di sebuah bangsa yang begitu beraneka ragam masyarakat nya, tingkat ekonomi, pendidikan dll. Ketika membaca sebuah kabar yang sebenarnya sudah agak lama bahwa kini kehidupan kita sedang mengalami perebutan kompetensi dalam mencari penghidupan seolah ini adalah sinyal bahwa pribumi kini bukan lagi majikan dinegeri sendiri. Outsourcing, phk, ancaman keselamatan TKI, TKW, menjadi ancaman yang meresahkan. Bahkan petani melepaskan lahan garap nya untuk memenuhi kebutuhan publik, rumah "dipindah" untuk normalisasi infrastructure. Media banyak memberikan gambaran kondisi modal dan usaha yang memang begitu pemodal menacapkan paku-paku produknya masyararakat sipil harus siap dengan getaran dan retakan disekitarnya, kendaraan online bermerk tiba-tiba muncul, kehidupan kita seperti di ujung ayunan yang kadang kita harus berpegangan kuat agar Tidak jatuh atau terpental. Konsumerisme masyarakat yang ternyata sangat dipengaruhi "mode" menyita perhatian dan wajib dievaluasi. Bagaimana tidak, jika kita sampai rela berhutang hanya karena ini adalah tuntutan gaya, makanan, kendaraan, hidup, menjadi tidak seimbang. Penghidupan yang seadanya kemudian diada-adakan hingga kehidupan terseok-seok. Konsep ekonomi kita (tak hanya jual beli) adalah dengan modal seefisien mungkin mampu mendapatkan income berkualitas. 
Lihat dulu bagaimana kondisi ekonomi kita yang bukan hanya pola industri saja kita terseok tetapi juga wilayah domestic rumah tangga. Persoalan ekonomi ini kompleks hingga perlu penelitian berlanjut akan sebenarnya potensi kemiskinan dan kesejahteraan. Bagsa ini tak hanya dipusingkan soal SARA, tetapi ekonomi dan kebijakan. Kalau guru menuntut tepat waktu sertifikasi, pedagang menuntut harga pokok stabil, konsumen menuntut harga turun, karyawan menuntut hapus outsourcing dan kenaikan upah, warga sipil menuntut bantuan biaya pendidikan dan kesehatan, tidak ada gusur-gusuran tempat tinggal, semua ingin kehidupan dan penghidupannya baik-baik saja. Jika dua hal ini mampu disikapi dengan adil, berdasarkan pengakuan hak asasi manusia, pengakuan hak-hak dasar kemanusiaan maka setiap persoalan mampu diselesaikan dengan Tanpa mnyakiti salah satu pihak pelaku kehidupan dan mencari penghidupan. Tidak ada sensitifitas dalam berbangsa dan bernegara sehingga menimbulkan kekacauan sipil, paham, dan dilanggar nya konsep kemanusiaan maka saya pikir bangsa ini mampu bertahan dan terus berdinamika. Agama bukan sebuah alasan untuk berpecah-pecah, karena semua intinya menjunjung tinggi keadilan. Kemerdekaan ekonomi mampu diraih jika roda distribusi, konsumsi dan produksi mampu dijalankan dengan seimbang Tanpa ada permainan "putar-putar". Penggunaan tenaga kerja pribumi, peguatan usaha kecil menengah sebagai sektor ekonomi tingkat grass root diperkuat. Perekonomian menghadapi musuh-musuh yang besar lagi ghaib karena Tanpa melihat pelaku maka pasar sudah bisa merasakan negatif dan positif produknya.
Disinilah kita warga negara harus tetap solid dalam menjaga stabilitas kenegaraan dan tidak terlalu sensitif atas " isu" yang tidak jelas asal muasalnya, Apalagi yang sifatnya memecahbelah. Bendera merah Putih itu mampu bersinar dan berkibar gagah tatkala merah dan putih menyatu, undang-undang itu akan tetap bernilai saat pasal dan ayat menjadi pasangan romantis. 
Ini tantangan untuk memajukan bangsa dan mempertahankan kemerdekaan kita yang kita Sadar bahwa ketertindasan adalah siksaan. Cinta Indonesia. Cinta produk Indonesia. Cinta merdeka. Cinta bersatu. Bangga Indonesia dan Islam sebagai agama.

Rambu Materi Aqidah Akhlak X PTS Genap

  Malaikat adalah salah satu makhluk Allah yang diciptakan untuk membantu tugasNya dalam mengawasi manusia. Malaikat tidak daat dilih...