Sabtu, 04 Juli 2015

Wacana Global

Berbicara Islam tidak akan pernah berhenti jika hanya berhenti pada definisi dan bukan pada aksi ber Islam. Sepengetahuan penulis agama itu lahir sebagai unsur kondisi dan kebudayaan suatu zaman sebagai ritus ketuhanan yang sifatnya mistis. Perubahan sosio kultural menentukan banyak arah agama, yang melahirkan berbagai dimensi keberagamaan. Perubahan-perubahan ini secara linear maupun non linear mampu menjangkiti bagaimana umat beragama mentransformasikan nillai agama di dalamnya.
Munculnya ekstrimisme juga ditentukan bagaimana orang memandang agama, dengan tetap bertahan pada ortodoksi awal lahirnya agama. Ketetapan dalam berpandangan ektrimis ini juga mengakibatkan penilaian yang diasumsikan pada bahwa Islam sebagai agama tidak dapat bergabung dan bertemu dengan nilai yang kini berkembang, ilmu pengetahuan misalnya, bahkan nilai kultural yang berkembang masa kekinian, toleransi contohnya dan hal ini yang kemudian mengarah pada kekerasan beragama.
Agama yang lahir diberbagai benua dan wilayah adalah respon dari kondisi masing-masing kebijakan politik saat itu. Bukan mempolitisasi agama untuk kepentingan elite politik. Agam menjadi solusi untuk membangun sesuai spirit kenabian tentunya akan lebih bijak daripada harus mendiskriditkan agama untuk kepentingan kekuasaan atau melanggengkan kekuasaan politik.
Indonesia dengan pancasila yang kini beku akan aksi, seolah pancasila hanya produk sejarah yang kini hanya tinggal dinikmati cerita asal usulnya saja. Sudah tidak ada aksi nyata yang mencerminkan nilai pancasila dalam setiap kebijakan yang dibuat elite penguasa. Dan respon agama bisa terjadi karena kekosongan ini, respon akan perasaan nir keadilan dan nir keberpihakan maka akan melahirkan kondisi keagamaan yang bisa bersifat ekstrim. Agama yang seharusnya mejadi pilar keadilan, penyeimbang sosio kultur, pengayom dan  tanpa diskriminasi bisa berubah garang karena kondisi yang tidak lagi berpihak padanya. Walau bagaimanapun agama yang tidak dapat hidup dalam lingkungan kenegaraan akan tersingkir oleh kebijakan buta yang tidak sesuai.
Sporadis agama ekstrem akan mati dan hilang jika dikontekskan dalam khazanah keindonesiaan karena elite dan hukum  yang mengatur, tetapi sebagaimana penulis ungkapkan diawal bahwa hal ini tidak menjamin jika hukum dan kekuasaan tidak berpihak artinya agama harus menuntut keadilan juka tidak adil, agama harus menjadi solusi akan persoalan yang tengah ada. Agama yang ramah dan mengayomi. Agama ekstrem tidak akan muncul selama sistem ideologi masih mampu menampung sistem agama yang ada disuatu negara.
Menurut penulis, akan lebih abik dan bijaksana maka Ideologi agama ini sharusnya mamou mengusung nilai-nilai yang berkemanusiaan, misi pembebasan. Islam hanya berisi tentang tradisi yang tradisionalis dari kelompoknya, kepercayaan nenek moyang, perasaan individu, ritual, kebiasaan, praktik yang berlangsung dari waktu-ke waktu oleh pemeluknya sebagaimana yang disampaikan Ali Syariati dalam penyikapan mengenai sosioligis Islam. Yang secara objektive Islam memberikan pengaruh kepada perubahan sosial. Inilah poin penting dari keberadaan agama erlepas dari historisitas kemunculannya.
Dalam bentuk ini tentu dibutuhkan tradisi keilmuan yang bisa membangun paradigma keagamaan terutama Islam. Jika tradisi keilmuan ini dilestarikan maka akan lebih mengacu pada doktriner agama dan tauhid sebagai ajaran yang membebaskan ketertindasan dan belenggu struktural. Kajian tradisi keilmuan ini menjadi pintu akan terbukanya wawasan substansi kontekstual bukan tekstual sehingga menyentuh pada aspek sosio praksisnya. Sehingga Islam bisa dinikmati oleh berbagai kalangan sebagai bukti agama pembebas ketertindasan dan agama sejatinya non diskriminatif.

Allahu A’lam . Nining Ernawati

Muslimah

Sebagai seorang muslimah, 
Teringat ketika ngobrol dengan kawan-kawan perempuan, membicarakkan ideologi Islam dan sikap perempuan terhadap laki-laki. Menyinggung persoalan hijab besar dan bahkan cadar. Jilbab lebar, tahu Islam, bercadar tetapi masih sering berkirim pesan "tidak penting" dengan laki-laki yang notabene bukan mahramnya, mungkinkah ideologi Islamnya belum masuk kedalam jiwanya?.
Muslimah, dan penjagaan diri ternyata tidak cukup hanya berlindung pada pakaian yang menutupi auratnya tetapi justru yang lebih besar adalah berlindung pada hati dan jiwanya. Bukan menutup aurat itu nomor sekian lho ya, tetapi sama-sama berjalan berdampingan tidak bisa tertinggal salah satunya, ini mengingatkan pada pernyataan seorang aktris muslimah yang mengatakan jika aqidahnya baik tetapi sikap dan hatinya tidak baik maka selayaknya jaring yang berlubang tidak akan bisa menyimpan benda didalamnya.
Hal ini juga mengingatkan pada jawaban seorang laki-laki yang berkata bahwa akhlak dulu baru hijabnya. Sikap seorang mencerminkan manifestasi hatinya. Seorang perempuan kini dihadapkan pada kenyataan bahwa dakwah bisa melalui busana, maka tidak ada alasan meninggalkan nafas dakwah. Termasuk dalam hal menanggapi seorang laki-laki yang sebenarnya harus dijaga terlebih dahulu, dijaga pandangan dan hatinya. Peran seorang perempuan dalam Islam jauh besar, katanya perempuan adalah madrasatul ula bagi anak-anaknya, peran kemanusiaan dan sosial. 
Intinya begini siapapun itu hendak memiliki sikap yang seimbang antara aqidah dan sikap bermuamalah. Berislam itu bukan hanya hubungan dengan Tuhan tetapi juga manusia, namanya juga rahmatan lil alamin. 
Nilai Islam harus sejalan dengan aplikasi nilai, jika sudah tahu rumus kebenarannya tetapi tidak dilaksanakan maka bukankah itu fasiq?. Penilaian orang terhadap orang lain itu hanya dari apa yang terlihat, sikapnya salah satunya, sedang dalamnya hati dan iman siapa tahu?. hanya Allah yang tahu hal yang sebenar-benarnya. Jika jatuhnya daun dari pohon saja Allah tahu, tetapi kadang kita yang tidak tahu bagaimana ketika Allah melihat kita?. 
Mulut bisa berbohong tetapi tangan dan kaki bisa menjadi saksi. 
Muslimah, bukankah keyakinan kita ini yang akan mengantarkan kita pada kemenangan, kemenangan surga dan kememangan dimata manusia, jadi bukankah jalan Islam ini jaln yang terbaik serta jalan yang melindungi kita semua?,. Yakinlah bahwa penjagaan kita tidak akan menghalangi jodoh kok, jodoh bukan hanya akan datang karena kita selalu membuka peluang laki-laki mendekati kita dengan pesan-pesannya yang romantis, tetapi penjagaan kita yang akan mengantarkan jodoh yang terjaga juga untuk kita. Percaya kan?. 
Jangan jadikan alasan menjaga dia adalah teman atau siapapun, karena sama saja hukumnya, lagi-lagi mengenai menjaga. Kita menjaga teman kita pasti juga akan menjaga akhirnya tidak ada yang dinamakan berharap atau apapun itu karena harapan hanya datang 
dari Allah dan bermuara kepadanya. 
Muslimah, baju taqwamu adalah hijab yang menutup tubuhmu demgan hiasan akhlak dan hati yang terjaga kemilaunya, untuk ridho Allah atas semua makhluknya dan semua titah yang diberikannya.
Muslimah, cantikmu bukan hanya karena hiasan wajahmu yang merona, karena bukan hanya itu yang melahirkan kecenderungan, yang melahirkan yang dinamakan cinta, yakinlah Allah membentangkan jalan yang luas dan lebar didepan dengan lahan dakwah yang sangat bermanfaat. 
Mengingat dan sekedar berkata inilah "kataku".

Menjadi asing atau Mengasingkan

Menjadi orang asing atau mengasingkan orang,
Katanya memelihara tali silaturahmi itu banyak manfaatnya, memperpanjang umur, mendatangkan rezeki, memvuat awet muda, menjaga kesehatan dan menentramkan tentu manfaat ini sangat relatif dari masing-masing orang yang merasakannya.
Pertemanan dan persahabatan adalah dua hal yang orang sering di tolak ukur kerekatan hubungan walau hubungan keluarga juga masuk didalamnya. Banyak definisi non normatif yang mendefinisikan arti pertemanan dan persahabatan yang sering penulis lihat melalui beranda yang penulis baca. Pertemanan sering didefinisikan sebagai londisi dimana hubungan belum begitu memahami, belum begitu dalam, sekedar mebjalin hubungan baik begitulah kira-kira. sedang perdahabatan lebih tinggi dari pada itu, katanya susah senang bersama, menghadapi sesuatu bersama hingga bagaikan amplop dan perangko, siang malam yang saling beriringan dan lainnya juga yang juga sangat relatif dari pelaku tentunya. Kedua hal tersebut dapat dilihat dari ketika adanya persoalan diantara manusia didalamnya. katanya kalau teman akan lari jika salah satu sedang ditimpa persoalan sedang kalau sahabat akan bertahan dalam kondisi apapun. Akhirnya ada yang awet ada juga yang hubungannya sebatas persoalan saja, duh rasanya sakitnya tuh disini (heh).
Tetapi diluar hal itu semua agama kita Islam yang luar biasa mengatur bagaimana ukhuwah, hubungan antar manusia juga manusia dengan alam sebagai penyeimbangnya. ada istilah Ta'awun dan tafahum diantaranya. Tolong menolong dan memahami, hubungan silaturahmi juga begitu halnya bisa djangkau siapa saja dan kapan saja tanpa harus terikat hubungan yang membatasi, menurut penulis adanya nama pertemana dan persahabatan adalah pembatasan akan makna hubungan silaturahmi itu sendiri. entah benar atau salah tentang apa yang ditulis penulis ini (karena perspektif) yang cukup dangkal.
Pembatasan ini maknanya adalah begitu mudah hubungan yang dinamakan dengan pertemanan dan persahabatan itu jika tolakukurnya hanya sebatas persoalan atau permasalahan diantara keduanya. pertemanan dan persahatan bisa putus secara tiba-tiba dan akhirnya timbul kebencian kemarahan dan akhirnya menjadi orang "asing" atau "mengasingkan" orang adalah pilihannya. sedang keduanya bukan pilihan. 
Menurut penulis silaturahmi dan hubungan kekerabatan itu tidak terbatas pada apa yang dialami ataupun waktu. karena dimanapun kita berada kewajiban untuk menjaga hubungan baik dengan semua orang. Ukhuwah islamiyah, dalam bingkai ukhuwah wathaniyah untuk menuju negara yang baldatun thayibatun warabbun ghafur. 
Akhirnya banyak hal yang bisa diraih dari sebuah hubungan jalinan silaturahmi dengan banyak orang, tambah saudara, tambah ilmu dan tambah sesuatu yang menguatkan jiwa istilahnya obat rohanilah. Lagian juga dalam agama kita kebathilan yang terorganisir bisa mengalahkan kebaikan yang tak terorganisir. 
Tidak ada batasan nama jalinan silaturahmi ini yang akan mengantarkan pada kekekalan ukhuwah, kan sesama muslim itu saudara jika ada pembatasan berarti ada unsur pemutusan hubungsn antar sesama muslim jika tidak menjadi orang asing karena dihindari orang yang nitabene kemarin teman atau sahabat yaa pilihannya mengasingkan orang yakni menghindari orang yang dulu dekat dengan kita. 
Dari berbagai bahasan bahwa ditemukan banyak contoh mengenai ini yang kemarin seperti rantau yang bergandengan kini seperti ujung magnet yang sama jenisnya yakni bertolak belakang tidak bisa bersatu kembali.
Akhirnya biar tidak terjadi pemutusan tali persaudaraan mari laksanakan kewajiban kita sebagai manusia yang membawa manfaat dan keberkahan untuk semua orang. jangan dibatasi dengan siapa kita saling menolong dan memperhatikan. agar kita tetap seperti bangunan kokoh yang saling menguatkan dan mengencangkan setiap sendi-sendinya. perlu kesadaran diantara kita semua bahwa kadang kita lupa hakikat makhluk sosial yang melekat pada diri kita. egoisme dan individialisme kita sering mencengkeram bahwa kita adalah yang paling benar diantara semua orang, hanya kita yang paling berhak dilihat dan didengar orang lain. 
Allah selalu mengajarkan kepada kita bahwa pelajaran hidup itu juga bisa dipelajari melalui ayat Allah yang ada didalam pedoman kita alquran dan ayat yang berbentuk materiil dapat dilihat dan sebagai bukti kekuasaan allah. melebihi dari apa yang bisa dipikirkan begitu juga dengan ukhuwah dan silaturahmi menjalin kasih dan sayang antar sesama. 
Jangan jadikan hidup kita asing didepan manusia dengan mengasingkan orang lain. dan buka mata bahwa setiap orang memiliki hak yang sama dan yang membedakan dimata Allah hanya tingkat ketaqwaannya saja.

Rambu Materi Aqidah Akhlak X PTS Genap

  Malaikat adalah salah satu makhluk Allah yang diciptakan untuk membantu tugasNya dalam mengawasi manusia. Malaikat tidak daat dilih...