Minggu, 27 Juli 2014

Cinta Di Atas Rahmat

Ah sudahlah... untuk apa aku pikirkan Dia. Dia yang lewat bibinya mengatakan tak ada lagi cinta untukku. Lama waktu bersama tak bisa mempertahankan komitmennya padaku. Laki-laki yaa begitulah dimataku. Dia yang pergi begitu saja setelah mendapatkan cintaku, mendapatkan hatiku kini pergi dengan entengnya kalau cintanya hilang. Dulu berjanji akan menikahi, dulu berjanji akan setia menemani, dulu berjanji akan terus bersama saling mengerti dan menerima, kini semua bak air bah yang melanda dan menghanyutkan rumah diatasnya. Runtuh dalam tangis dan kesakitan yang teramat dalam. Kau permainkan hatiku, kau cabik dengan taring sikapmu, kau inginkan orang lain untuk kau nikahi sedang aku disini selalu berusaha mengerti.
Aiman, laki-laki yang Sarah cintai. Meremukkan hatinya. Lama terdengar bila Aiman berucap akan menikahi wanita lain yang lebih cantik dan lebih menarik dimatanya dari pada Sarah. Wanita yang begitu setia, begitu mencintainya, setia menunggunya dan menemani saat Aiman terjatuh dan kekurangan. Bertahun-tahun Sarah bertahan dan mempertahankan semuanya kini badai mengundurkan dirinya untuk maju dan bertahan. Sarah di dalam suratnya kepada Aiman “Salaam Mas Aiman, semoga Kerahmatan Allah selalu menyertai Mas Aiman dan keluarga. Lama tidak ada jumpa, kau mungkin sibuk dengan pekerjaanmu disana. Berkaitan dengan ucapan mas Aiman yang telah disampaikan padaku saat itu, maka melalui ini saya putuskan untuk membebaskan Mas Aiman untuk bisa bebas memilih wanita yang Mas Aiman minati untuk mas nikahi. Semoga waktu yang berlalu saat bersama menjadi bermanfaat untuk kita dan semiga ini jalan yang terbaik untuk Mas Aiman dan keluarga. Semoga cepat menikah ya Mas. Salaam, Sarah”. Sarah bukanlah wanita yang gila akan cinta, cinta yang Ia sandarkan kepada Tuhannya telah menuntunnya untuk ikhlas walau perih dihatinya.
Mendung hari ini, rintik hujan lambat laun menjadi deras, sederas air mata yang harus mengallir dari mata sang gadis sholehah berjilbab abu-abu itu. Diteras jendela Ia selalu berusaha menguatkan hatinya, kenangan demi kenangan Ia tepis untuk mengobati luka hatinya. Kegagalan yang Ia rasakan kini menjadi cambuk baginya untuk terus bangkit, hanya satu keyakinan didalam hatinya bahwa mungkin Aiman diciptakan bukan untuk dirinya, dan Dia akan mendapatkan laki-laki yang akan menerimanya apa adanya seperti Ia mencintai Aiman dulu.
Hari demi hari sudah Ia lalui dengan seolah tidak pernah terjadi apa-apa pada dirinya. SMS dari Aiman datang dalam pesannya Aiman mengatakan “Terima kasih suratnya”. “Sama-sama” balas Sarah menahan tangis. “Lagi apa?” tanya Aiman. “Sedang menonton TV saja, istirahat” kata Sarah. “Aku akan benar-benar tahu kalau kamu ikhlas melepasku dan membebaskannku menikah dengan orang lain jika kamu telah menikah dengan orang lain dan aku baru akan menikah” kata Aiman dalam pesan yang disampaikan kepada Sarah. “Saya belum memikirkan ke arah itu dulu Mas, melalui surat itu saya ikhlas dan ridho untuk membebaskan Mas Aiman untuk bebas memilih siapapun seperti yang mas mau, cantik, menarik dan tentu memiliki ciri-ciri yang Mas mau dan jelas yang mas cintai” balas Sarah dalam isak tangisnya. “Apa mau menikah denganku tapi tidak ada sakinah mawaddah warahmah?, aku jarang dirumah, dan tidak semangat kerja?” balas Aiman lagi. “Tidak Mas, saya tidak akan menikah jika hanya karena terpaksa, saya tak sendiri dulu, biar Allah yang menunjukkan saya jalan yang terbaik, menikah itu atas dasar kerelaan untuk mencapai sakinah mawaddah warahmah, menyempurnakan setengah dari agama Allah, tuntunan rosulullah, jadi kenapa harus dilakukan dengan keterpaksaan?, terima kasih” balas Sarah. “Kalau begitu kamu menikah saja sama duda (laki-laki tanpa isteri, entah cerai atau ditinggal mati ister) sia pasti bisa menerima kamu apa adanya”, kata Aiman menawarkan. “tidak mas, saya akan sendiri saja, terima kasih” balsnya kuat. Tak disangka lelaki yang yang dulu menyatakan cinta padanya kini hilang dan tega berkata seperti itu. Tapi Sarah tak mau menjadi pengemis cinta, Ia hanya akan menunggu pangeran datang untuk menjemputnya tanpa melihat bagaimana dirinya, hanya keshalehah-annya yang menjadi tolak ukurnya.

Kencana berbunga bak esok penuh embun tersinari matahari. Cahayanya indah dan menyilaukan, butirnya perlahan memancarkan cahaya pelangi yang sisi daun-daun basah. Pikirannya terbuka, seiring penguatan hatinya, bahwa benar, jika Tuhan kini sedang mengujinya dengan keputusan cintanya, ini yang menjadikan Sarah kembali begitu berambisi untuk meneruskan akademiknya. Jika saat masih ada hubungan dengan Aiman, Sarah berfikir bagaimana Ia bekerja dan bisa kemudian menikah dengan laki-laki yang Ia cintai itu. Kini semua berbalik, bahwa Sarah akan memenuhi ambisinya kembali, menjadi seorang akademisi bergelar master. Sore menjelang malam pesan singkat diterimanya, dari Aiman yang sudah lama tidak mengirimkan pesan padanya. “Sedang apa?, masih mau menikah denganku tidak?, masih mau S2 tidak?” kata Aiman dalam pesannya. “Sedang menonton televisi, memangnya kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?” Sarah membalas. “Sebelum aku ke Solo, temannya menawariku saudarinya yang ada di Solo” balas Aiman lagi. seolah terhujam belati dalama dadanya, memang tidak bisa dipungkiri bahwa mengubur rasa kecewa dan sakit hati Sarah butuh waktu yang sangat lama. Dengan menahan rasa yang berkecamuk dalam dada sarah, Sarah mencoba bersikap bijak dan diplomatis. “Pernikahan adalah salah satu jalan mendapatkan Rahmat Allah melalui sakinah mawaddah warahmah, yang dibangun berdasar pada cinta kasih. Jika dengan memilih saudari teman mas, bisa mendatangkan keRahmatan Allah maka laksanakanlah, karena itu hakikatnya. Saya mendoakan semoga diberikan kelancaran dan kemudahan. Amiin Yaa Rabb” balas Sarah pada Aiman. Tapi Aiman tidak menjawab balasan Sarah. Sebagai seorang wanita, Sarah berupaya untuk tegas pada hatinya. Sarah akan menjadikan hatinya sebagai makna atas hijrah cintanya, cinta yang sebenarnya. Jika seseorang datang padanya dan memintanya menikah, maka Rahmat Allah menjadi tujuan utamanya. Cinta di dalam hatinya akan senatiasa di arahkan pada kecintaan Allah, karena keyakinannya bahwa Allah lah Maha cinta dan Allah akan menunjukkan yang terbaik untuknya. Cinta atas nama Allah sebagai anak Hawa dan Adam adalah keinginan besar, bahwa ucapan cinta akan hadir dengan tulus tanpa keterpaksaan. titah cintanya berjalan diatas titah Tuhan yang Kuasa, yakni di atas Kasih Sayang Tuhan, Rahmat.

Kamis, 24 Juli 2014

Bukan Cinta Tak Retak

Bukan Cinta Tak Retak
Ibu... Ibu dimana?, Imin haus bu" ringkik Imin meminta minum. Setelah tiga jam tidak sadarkan diri dan hanya berbekal nasi dalam perutnya sewaktu sahur. Jam dinding menunjukkan pukul.12.30 siang, kamarnya begitu sepi dan terlihat luas karena hanya ada satu tempat tidur dan televisi tak bisa nyala. "Ibu kemana?, apa Ibu akan meninggalkanku seperti ayah?, kenapa Ibu tidak kunjung datang, Imin haus bu, Imin lapar, Imin pingin makan, Ibu... jangan tinggalkan Imin sendiri bu, Imin takut, Imin tidak ada teman lagi bu.." tangisnya tersedu. Ibunya memang seolah hilang begitu saja, tapi Ia tidak meninggalkan Iin sendiri, Ia hanya mencari buah untuk mengganjal perutnya. Sebelum ke pasar Ia memilih unutk menunaikan shalat dhuhur dulu di Mushola rumah sakit, karena hanya disana Ia bisa menumpahkan air matanya, dibalik sujudnya, dibalik tanda kesyukuran atas nikmat Tuhan tidak mengambil anaknya begitu cepat. “Ah, pasti Imin sudah menungguku dikamar, aku harus cepat membelikan buah kesukaannya, semoga uangnya cukup” gumamnya dalam hati.
Selang setengah jam kemudian, Ibu Imin kembali ke kamar Imin. Didapatinya Imin sedang menangis tersedu-sedu. “Imin, sayang, kenapa nangis nak?, Ibu disini, maaf Ibu lama ya, tadi Ibu shalat dulu jadi agak lama” kata Ibunya. “Ibu... Kenapa ayah pergi meninggalkan kita bu?, kenapa Ayah tidak sayang kita lagi?, kenapa bu?, apa karena Imin nakal sama Ayah?, Imin nakal ya bu?” tanya Imin mohon keyakinan. “Tidak sayang, Imin tidak nakal, Imin anak Ibu yang baik, pinter, Ayah hanya sedang butuh waktu untuk belajar sayang. Imin mau buah apa?, Ibu kupasin yaa nak, Ibu kupasin apel yaa biar Imin kenyang” alih Ibunya.
Siang merambat begitu cepat, kedua orang iitu terlelap diatas tempat tidur yang sama, Ibu dan anak. Tok tok tok.. suara pintu terketuk dari luar, langkah kaki membangunkan Ibu Imin. “Permisi bu, maaf kami dari pihak administrasi rumah sakit mau menanyakan apakah Ibu akan melunasi administrasi rumah sakit hari ini?, atau setelah pasien akan keluar rumah sakit?, tanya suster lebih demokratis terhadap Ibu Imin. “Iya suster maaf saya ketiduran, kalau boleh tahu kalau saya bayar sekarang berapa banyak yang harus saya bayarkan sus?” tanyanya khawatir. “Kalau Ibu mau bayar sekarang semua total biayanya tujuh juta bu, bagaimana?”tanya suster mencari jawaban. “Kalau begitu sekalian anak saya keluar dari rumah sakit saja yaa sus?” jawabnya bingung. “baiklah kalau begitu Ibu, kami tunggu Ibu di pelayanan administrasi yaa bu, selamat sore bu”, sahut suster meninggalkan ruangan.
Sore itu serasa kiamat baginya, bingung dalam benak tak berkesudahan, bahgaimana ia bisa bayarkan rumah sakit yang sebegitu banyak, sedang uangku hanya tinggal tujuh ratus ribu saja. “Dari mana aku bisa dapatkan uang itu?, apakah ahrus minta sama Mas Komar?, mungkinkah aku bisa meminta uang darinya?, lelaki yang meninggalkan aku dan Imin begitu saja, tapi walau bagaimanapun Ia adalah ayah dari Imin, walau penghianatannya tak bisa dimaafkan dalam sekali duduk. Aku yang dulu begitu mencintainya, telah ia hianati, hingga aku harus memikul luka ini sendiri” gumamnya dalam hati. “Tidak, tidak sudi aku menemuinya, tidak sudi aku menatap matanya, tak sudi aku mengemis padanya” ego Ibu Imin bergejolak.

Siang hari ia bekerja, membantu tetangganya mencucikan pakaian kotornya, malam hari ia bekerja di sebuah klub malam, selama sepuluh hari ketika Imin sudah benar-benar bisa pulang ia menuju bagian administrasi dan menyerahkan uang sebesar 12juta. Ia terpaksa memiinjam uang kepada bosnya, dengan jaminan potong gaji selama ia bekerja. setibanya dirumah, Imin begitu senang, kini Ia dan Ibunya bisa kembali ke rumah mereka, rumah kontrakan yang dulu Imin terjatuh didalamnya, hingga tanganya robek. “Bu.. Imin masuk kamar dulu yaa” pinta Imin. “Iya nak, kamu istirahat yaa sayang, Ibu bikinkan makanan dulu buat Imin ya” jawab Ibunya. 
Hari demi hari berjalan tanpa konfirmasi. Detak jarum jam bersiul dengan langkah yang tak pernah mundur. Bocah delapan tahun itu harus menjalani hidup hanya dengan Ibu yang semakin jarang bertemu dengannya. Tuntutan demi tuntutan harus dipenuhi ketika mereka memutuskan untuk tetap bertahan hidup. Pikirannya setiap hari bernyanyi, memainkan dialog, tapi Ia tidak mau menyalahkan Tuhan atas semua yang menimpanya. Perempuan yang semakin hari semakin kurus berbalut kerudung yang tak lagi rapi itu harus bekerja keras untuk membayar hutangnya pada bosnya, jika tidak maka ia harus melakukan apa yang bosnya perintahkan termasuk menjual kehormatannya. Konflik hidup wanita yang belum genap 26tahun itu, membuatnya dewasa. Kala sore menjelang dengan hujan yang tak kunjung reda. “Aku harus bisa bayar hutangku pada mami (sebutan untuk bosnya), Aku harus bisa, kenapa Aku dulu menikah tertalu muda?, Aku terayu oleh Mas Komar yang aku yakini dia bisa menjadi Imam bagiku, mungkin jika aku tidak menikah dengannya hidupku tidak akan seperti ini, aku benci kamu mas, aku benci kamu mas Komar, Aku juga benci kamu Nah, aku kira kamu sahabatku, tapi kau pergi bersama suamiku, Aku tidak akan begitu saja melupakan ini Inah, aku tidak akan melupakan ini begitu saja” gerutunya dalam hati. Magrib menjelang, mengubur amarah dalam tetes air wudhunya. “Ibu mau pergi lagi yaa, nanti Imin tidurnya sama siapa?, kenapa Ibu harus pergi setiap malam?, Imin ingin tidur ditemani Ibu, Bu... Ibu kerja apa?”tanya Imin merengek. “Imin.. mbok jangan jadi anak manja kamu, Ibu pergi ini untuk mencari uang untuk kamu sekolah, untuk kita makan, kamu diam dirumah, jangan bikin Ibu kepikiran, sebentar lagi kita bayar kontrakan, Ibu kalau tidak pergi cari uang kita mau bayar pakai apa?, mengerti sedikit dong, kamu kan anak laki-laki jangan cengeng, sudah Ibu berangkat, kalau mau makan sudah Ibu siapkan di meja, ingat, jangan macam-macam, kerjakan saja PR mu!” bentak Ibunya.
Entah apa yang merasuki Ibunya akhir-akhir ini, Ia jadi gampang marah dan mudah sekali membentak hingga Imin yang tadinya penuh keceriaan lebih sering ketakutan. Malam ini begitu aneh, hawa dingin dan gelap menyelimuti langit. Malam ini Ia harus menemui Mami untuk membicarakan maslah hutangnya. “Ros... Rosidah.... ikut ke ruangan saya sekarang..” perintah Mami padanya. Dadany berdebar, takut, tangannya dingin dan benak penuh tanya, kira-kira bagaimana nasibnya nanti. “Ros... Kamu tahu kenapa aku panggil kamu kemari?, ingat hari ini hari apa?” tanya Mami. “Iyaa Mi.. hari ini batas akhir saya bayar hutang ke Mami”jawabnya gemetar. “Bagus.. kamu ingat itu, lalu mana uangnya?, delapan juta rupiah” kata Mami bernada mengancam. “Masih sebegitu banyak Mi?...kenapa masih banyak sekali bukankah saya sudah bayar lebih dari setengahnya Mi?,” tanya Ibu Imin kaget. “Kamu ingat Ros...Bunga sesuai kesepakatan kita berapa?, kamu jangan pura-pura bodoh, dan.. sesuai kesepakatan kita kamu harus menjadi memberku untuk melayani laki-laki yang datang disini, dan aku tidak mau tahu lagi, kamu harus lepas jilbab murahan kamu itu, ganti bajumu dan mulailah bekerja, jika tarikanmu bagus, aku anggap kamu lunas, ingan Ros... aku tak akan membiarkan kamu pergi begitu saja” ancam Mami. “Tapi Mami... saya tidak mau, itu dosa Mi, Zina itu dilaknat Allah, tolong Mami jangan lakukan itu ke saya, saya akan kembalikan uang itu ke Mami segera, tolong Mi...”mohon Ros. “Sudahlah Ros.. aku tidak mau tahu, kamu itu cantik, masih terlihat seksi walau sedikit kurus, nanti kamu juga akan ketagihan karena uang yang akan kamu terima begitu banyak dari bos-bos besar” tawar Mami.
Seolah tidak ada pilihan lain, Ros seorang Ibu dari bocah laki-laki itu menjalani rutinitasnya di klub malam tempatnya bekerja, wajah berpoleskan merah lipstik dengan bedak tebal, baju menggoda dan Ia harus menyambut laki-laki yang datang serta menawarkan minum. Ia akan dipilih untuk menjadi teman bos hidung belang. Keterpurukan hidupnya menjerembabkannya pada dunia hitam, dan ini berlangsung lama tanpa anak semata wayangnya tahu itu. Imin pun tidak berani bertanya karena hanya kemarahan demi kemarahan yang akan Ia dapat jika Ia tanya ke Ibunya perihal pekerjaannya. Ketika malam semakin larut, Ia masih menanti langganannya datang, dan tak kunjung datang. “Ros... kemari sayang” panggil Mami. “Iyaa Mi.. ada apa?” tanya Ros. “Kamu belum pergi kan?, sini aku kenalkan kau dengan bos besar lainnya, dia banyak duwitnya, jangan kecewakan dia” bisik Mami. “Pak.. Maaf menunggu sedikit lama, karena wanita ini spesial” kata Mami pada laki-laki yang membelakanginya. “Tidak apa-apa Mi... (sambil membalikkan badan)” kata laki-laki itu. Alangkah terkejut bukan main saat laki-laki gagah dan agak gemuk itu memutar badannya, Ia sangat kenal laki-laki itu, Ia serasa ingin berteriak dan meluncurkan hujatan padannya.
Darah merah itu mengucur dari lengan kiri Muhaimin. "Min.. Min.. Kamu kenapa?, bagaimana bisa tanganmu terluka begini?" sang Ibu kaget melihati puteranya berlumuran darah. "Aku lebih baik mati saja bu, aku lebih baik mati, biarkan aku sendiri bu, biarkan aku sendiri, pergi..!, pergi bu, aku tak butuh ibu disini, pergi..!" jawabnya memebentak. Muhaimin pingsan tak sadarkan diri karena terlalu banyak darah yang terbuang, mengucur dan memerahkan baju putihnya. "Tolong...tolooong.... Pak tolong anak saya pak, tolong bawa ke rumah sakit"."Iyaa bu, kami ambilkan motor dulu, biar lebih cepat", jawab tetangganya bergegas mengambil motor hingga para tetangga yang lain ikut berkumpul kerumah Muhaimin. Tak selang beberapa lama, Muhaimin dipapah tetangga naik motor ke rumah sakit, sedang ibunya dibonceng tetangga yang lain.
Tiba di rumah sakit. "Dokter tolong anak saya dok, dia terlalu banyak mengeluarkan darah dok, tolong selamatkan nyawanya dok" Ibunya seraya memohon. "Iyaa bu, kami hanya bisa melakukan yang terbaik, sedang bagaimana nantinya kami serahkan pada Tuhan" dokter menenangkan. Sekian lama dokter itu masuk ruangan seperti memenjarakan diri dalam ruangan penuh dayang berbaju hijau. Lampu luar ruangan masih terlihat merah, hanya sesekali dayang-dayang itu keluar membawa alat medis yang sudah kotor dan menggantinya dengan yang baru dan bersih. Diam dan penuh pengharapan jika anaknya akan selamat dan kembali seperrti semula.
Dua jam berlalu begitu lama, hingga dokter keluar dan mengabarkan kepada Ibu Muhaimin, "Bu.. anka Ibu selamat, hanya saja dia masih belum sadar, luka ditangannya telah merobek jaringan nadi di tangannya sehingga dia bisa dibilang sangat kehilangan darah dari jantungnya, semoga ini tidak berdampak pada syaraf dan inderanya yang lain, kami permisi," Sahut dokter dengan nada agak tidak begiitu yakin. "Terima kasih dok" Jawab Ibu Muhaimin dengan menahan tangis. Bagaimana todak Muhaimin adalah anak satu-satunya dari suaminya yang kini telah meninggalkannya dengan wanita lain yang ia anggap sebagai sahabat karibnya.
"Bu.. Maaf kan Imin bu, maafkan Imin, Imin sudah bertindak bodoh, Imin begitu gelap mata, Imintidak memikirkan Ibu, Imin bodoh Bu, maafkan Imin bu" Kata Imin ketika membuka mata dan ditemui Ibunya duduk disampingnya. "Ibu paham Min, Ibu mengerti, ini bukan hak mudah untukmu nak, tapi yakinlah Ibu disini selalu sayang sama Imin, Imin anak satu-satunya Ibu, sayang... dengarkan Ibu, walaupun ayah pergi meninggalkan kita, kita akan buktikan bahwa tanpanya juga kita bisa bertahan hidup dengan baik, bahkab lebih baik, sekarang Imin istirahat yaa, biar cepat sembuh, Ibu akan belikan buah dulu yaa, kan Imin belum makan?" Kata Ibunya sembari menguatkan. (bersambung)

Senin, 21 Juli 2014

Tetaplah Menjadi Tuan Kami

Hari ini adalah hari yang katanya akan diumumkan hasil pesta demokrasi pada 09 Juli 2014 yang lalu. Ketika kita harus memilih calon presiden kita kedepan, sebelum itu kita sudah dihadapkan pada pesta demokrasi pada 09 April 2014, kita akan pilih wakil rakyat yang akan duduk di kursi DPD, DPR RI, DPRD Prov, DPRD Kab/Kota. Banyak sekali calon yang harus dipilih saat itu, kertas berukuran plano kita buka penuh dengan gambar/foto para calon dengan pose wibawa, berkharisma, dilengkapi dengan peci tanda kebesaran dan jas sebagai tanda kehormatan. Pada fase ini sampai-sampai kita bingung harus memilih yang mana, karena kita sendiri tidak mengenal mereka dengan baik. Wakil rakyat yang nantinya akan duduk dengan manis di kursi kekuasaan itu akan mengatur aset-aset daerah kita, memanfaatkannya, hanya jika mereka bisa adil dan terbuka kita akan tahu bagaimana pengelolaannya. Namun jika tidak maka yang akan kita lihat setelahnya adalah mobil mewah, tubuh tambun, barang mewah rumah megah, dan satu per satu diberondong KPK karena tuduhan korupsi. Itu jika mereka melupakan kewenangan mereka dan melupakan kita yang telah menjadikannya. Lalu siapa Tuan kita?, yang bisa kita mintai hak-hak kita, yang bisa kita minta untuk melihat kondisi kita?, melihat rakyat yang harus berjibaku bertahan hidup?, diatas negara yang sama, di atass bangsa yang sama, diatas bumi yang sama, berjalan dengan matahari yang sama, dibawah langit yang sama. Sungguh hilang Tuan kami ini.
Presiden, sudah akan berganti, selama 5 tahun sekali kita selenggarakan ini. Dengan calon-calon yang saya yakini mereka sudah membawa potensi pribadi sesuai dengan kapabilitas mereka, termasuk dalam mengatur negeri. Ketika mengingat bagaimana kita berjuang melawan penjajahan atas Belanda dan Jepang, para pahlawan telah merelakan jiwa raganya untuk kemerdekaan kita hingga 17 Agustus kita berhasil mengumandangkan suara lantang dalam teks proklamasi "MERDEKA". Alangkah bahagianya saat itu, jika kami generasi awal hanya bisa membayangkan suka cita kala itu. Perjuangan yang ditempuh selama bertahun-tahun telah berbuah manis dibayar jiwa, harta, keluarga. Kini kita sudah merdeka dalam hakikat normatifnya, sedang entah dalam hakikat realitasnya apakah kita sudah benar-benar merdeka, jika benar kita sudah merdeka apakah adil jika kita masih mendapati pemulung yang kelaparan, orang miskinyang ditolak rumah sakit karena ketiadaan biaya?, seorang anak yang tidak bisa sekolalh, anak jalanan yang tidur diemperan, kekerasan kepada anak dan wanita yang masih berkeliaran, kriminalitas yang senantiasa setiap saat mengancam.
Jangan kita lalaikan mereka, negara kita negara berundang-undang yang menjamin setiap warga negara untuk sejahtera, maka jika dalam pemilihan presiden dan wakil rakyat, lihatlah kebawah, bluusuk,an boleh saja asal ada tindak lanjut dan hentikan itu yang namanya pencitraan, tuluskan hati kalian Tuan, kami menanti misi pembebasan, merdekakan kami juga dalam realitasnya, payungi kami dengan sebenarnya melalui payung hukum dan keadilan yang nyata.
Maka Jadilah pemimpin baik dan merakyat, lakuakan itu sebagai motivasi pembangunan negeri, agar negeri ini tidak kosong dan hanya berisi orang-orang yang egois akan dirinya, kekasihnya, keluarganya. Kami sudah amanhakan dan titipkan negeri kami pada kalian wahai penghuni negeri. agar kami punya Tuan tempat kami beraspirasi. Tetaplah menjadi Tuan kami.

Matan Penyerahan

Ini untukmu kawan, kawan seperjuangan....
Semoga keRahmatan Tuhan menyertai kita semua dalam perjalanan panjang yang akan menjadi pijakan kita dalam kehidupan, dan Puji keselamatan pada kekasih Tuhan sang pembawa kabar kebenaran akhir zaman, dan yang  mengajarkan kepada kita arti perjuangan dan penegakkan fitrah Tuhan.
Bermula dari sini kawan, kita lewati alur waktu bersama, ingatkah saat kita bersama-sama dipojok jalan membicarakan sesuatu yang menjadi langkah kita kedepan?, seraya kini aku harus berkata kini semua beda, berbeda dalam realita, kau tahu kenapa?, jika aku bisa berasumsi mungkin ini karena kita sudah mulai jarang berjumpa.
Hingga kini kalimat ini yang ada ditelingaku. Kawan kau sampaikan ini padaku?, apa maksudmu?, Kau tanyakan kepadaku tentang perasaanku. Kenapa kau khawatirkan perasaan seorang saja, sedang kau tak hiraukan perasaan banyak orang. Kini kau tanyakan apakah aku membencimu?, aku jawab tidak, aku tidak membencimu hanya terlalu lelah untuk terus mengingatkan, sedang tak ada jawaban yang mampu menjawab, perkataan tidak,  perbuatan juga tidak, lalu mau bagaimana?, jika aku diam bukan berarti aku marah tapi aku hanya berfikir dan bertanya kepada diri sendiri, apakah ikatan ini sudah tidak lagi penting untukmu?, apa kau terlalu sibuk bekerja?, jika kau bisa bilang maka mari kita bisa selesaikan tanggung jawab kita dengan bersama-sama, jika kau aku tanya saja diam bagaimana bisa?, sedang hakikatnya aku bukan siapa-siapa. Penyalahan kepadaku tempo dulu masih sering ternging ditelingaku, siapalah aku, hanya berniat mengingatkan saja aku dikira haus akan kekuasaan, metode kami memimpin kau bilang otoriter, kau bilang pelit, kau seolah tidak melihat bagaimana kami bisa bertahan selama ini untuk tetap menghidupkan ikatan ini. Biar dikata aku sombong juga tidak masalah, sedang niat kami adalah tetap bertahan. Jika mau dilanjutkan ya mari kita lanjutkan, sedang jika ingin kondisi tidak berubah ya silahkan, aku tidak akan menggugat lagi karena ini adalah kesepakatan kalian.
Dan kini sungguh, jika dengan berkerja kalian bisa menyenangkan orangtua kalian maka teruskanlah, dan teruslah bekerja karena itulah perjuanganmu pada mereka, jika dengan pulang awal dan selalu disamping orangtua itu bisa membuat orangtua kalian bahagia maka pulanglah, dan tetaplah ada disana seterusnya karena itulah perjuanganmu, dan itulah jalanmu, sedang jalanku akan aku tentukan sendiri juga atas restu orangtuaku. Kawan... Sungguh aku hanya ingin yang terbaik untuk ikatan kita, untuk perjalanan kita agar bisa selesai dengan baik, khusnul Khatimah. Kawan, jalan perjuangan kita berbeda-beda, itu benar bukan?, dan aku bebaskan kalian untuk itu, bukan untuk menguasai kedudukanmu, bukan karena aku lelah bersama kalian, aku hanya berniat membuka perjuangan kalian sendiri-sendiri. Maaf jika tidak berkenan dengan sentilan-sentilan yang kerap aku lontarkan melalui kediaman, kata-kata kiasan, dan ambil alih bermaksud mengingatkan.
Abadi perjuangan...


Jumat, 18 Juli 2014

Manusia...
Islam sebagai agama yang paling benar disisi Allah, dan sebagai penyempurna agama-agama sebelumnya yang telah mendahuluinya. Q.S Al Maidah menerangkan bahwa "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Ku telah cukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Ku ridhai Islam sebagai agamamu (Al Maidah:3).
Manusia sering disebut sebgai makhluk paling sempurna karena akalnya yang mengunggulkannya dibanding alam yang hanya pasrah saja. bahkan mengungguli malaikat, yang selalu taat pada Allah tanpa pernah menolak perintahNya. Kenapa manusia bisa mengungguli alam?, Alam bersifat pasrah akan taksir Allah dan manusia bisa menaklukannya dengan akal yang dipunyai dan membuatnya beda. Namun tak jarang manusia menjadi makhluk paling rendah dan hina, yaitu ketika manusia tidak tahu akan dirinya, bagtaimana ia hadir dan ada, apa yang harus dilakukan, karena manusia tidak mengetahui pengetahuan. Manusia akan terlihat tinggi ketika ia menggunakan akalnya untuk memproses pengerahuan atas dirinya. Dalam alquran manusia disebut dengan banyak sebutan, diantaranya adalah An-Naas. Dimana sebagian ayat alquran berawal dari kata "Yaa Ayyuhannaas", yang diirinfgi oleh bahasa kemajemukan. Kemajemukan ini yang kemudian membawa manusia kepada sebutan sosial karena kehidupannya yang berlatar belakang kebersamaan dan ketergantungan.
Keadaan manusia dimuka bumi ini bukan karena semata-mata ada dengan sendirinya, tetapi design yang Allah siapkan untuk alam, bukti penciptaan Allah. Manusia yang diciptakan mengisyaratkan bahwa manusia menjadi makhluk yang tidak berdaya, lemah dan fakir. "Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah" ( An Nisa':28).
maka akan muncul pertanyaan, kenapa manusia diatas disebutkan sebagai makhluk sempurna dan sebaik-baiknya?, maka jawabannya adalah manusia dibekali potensi yang ada pada dirinya. hal ini belum termasuk ketika bagaimana manusia hadir karena fitrahnya, dan nafs, qalb, dan ruh byang mengisi kemakhlukan manusia. Pada dasarnya Fitrah dalam konteks potensi manusia adalah potensi beragama dengan lurus yaitu kesaksian attas Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang wajib disembah, dan ini tidak akan terhapus oleh apapun. fitrah ini sangat berkaitan dengan fisik dan akalnya. Nafs, sering kita dengar bahwa ketika membahas nafs maka akan timbul pertanyaan, apa itu nafs, kenapa sering dikaitkan dengan istilah tingkah laku?. Nafs yang sering dikenal dengan Nafs al mutamainnah, nafs al lawwamah, dan nafs al amarah. Dalam konteks ini maka manusia dapat menarik dirinya untuk bisa menggolongkan nafs yang ada pada dirinya sebagai salah satu nafs diatas, dan ini adalah potensi manusia untuk menentukan potensi sirinya, akankah menjadi baik atau buruk. Sedangkan dalam diri manusia ada yang namanya al Qalb, yaitu sebuah ketidak konsisitensian, senantiasa berubah. Dan ini adalah wadah bagaimana bisa manusia belajar dengan pengalaman hidupnya karena tentu qalb ini digunakannya untuk meilih sesuatu, dan jika tidak sesuai maka potensi manusia akan berbicara bahwa sebenarnya ia punya potensi untuk meilih, baik atau buruk, manis atau pahit, dll.
Dalam diri manusia ada potensi yang masih ada jauh didalam hati yang bersih dan suci, belum tercampur oleh politik, suudzan dll, yaitu Ryh, ruh merupakan penghias manusia karena tanpanya mugkin manusia tidak bisa memarkirkan motor, kau sendriri dalam wadah sempit dan kecil, tanpa harga. Urusan ruh adalah urusan Allah kecuali kita hanya mengetahui sedikit pengetahuan atasnya. jadi manusia akan tetap ada dan berharga jika akalnya masih berjalan sebagaimana fitrah Allah. Tanggung jawab dan Amanahnya sebagai ketua koorkom akan menjadi pijakan bahwa manusia harus bisa berdaya guna dengan potensi baik akal maupun ruh yang terkandung didalamnya. Dalam alquran manusia disebut sebagai ulil albab (orang yang berfikir) maka dengan adanya potensi manusia itu manusia bisa mempertimbangkan nilai-nilai yang positif maupun negatif utnuk kemaslahatan mnusia dan alam, karena hanya kepada alam manusia bisa numpang utnuk hidup dan tinggal.
Jika manusia diciptakan dengan misi yang jelas, yaitu mengelola alam Allah dan sebagai misi hidup yang ditanamkan, walau bagaimanapun Allah akan melindungi kita dan dengan segala potensi yang terarah. Tugasnya sebagai manusia adalah beribadah " Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu ( Adz Zariyat :56). Maka dengan keadilan Allah akan diberikan keadilan kepada  semua.Setiap apa yang dilakukan manusia mejadi batas kepastian yang nyata. bahwa Allah tidak akan melanggar janjiNya, Sehingga manusia akan memperoleh apapun yang diusahakannya.

Sabtu, 12 Juli 2014

Akal dan Hati

Dalam diri manusia ada dua hal yang menjadikannya hidup, yaitu akal (baca: Nafsu) dan hati (baca: Jiwa).

Dalam akal terdapat berbagai macam garis fikir yang memancing raga untuk melakukan apa yang difikirkan. Akal diciptakan Allah untuk kita berfikir, berfikir mengenai apa yang Allah ciptakan, kekuasaanNya, bukan mempertanyakan ciptaanNya. dalam Al Quran surat AnNahl :12 bahwa disana Allah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan, supaya melayani kamu (manusia) dan bintang-bintang dibuat untuk melayani dengan perintahNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah pertanda bagi kamu yang berakal. 

Bahwa dalam yang demikian itu sudah jelas bahwa manusia sebagai makhluk empiris tentu sangat bergantung pada alam sebagai ciptaan Allah, kita tidak bisa membedakan mana gelap mana terang jika kita tak punya daya pikir dan akal. yang semuanya itu berjalan sesuai sunnah Allah (Sunnatullah). 

Hati sebagai manifestasi akhlak manusia sangat memperngaruhi keberadaan akal yang berjalan melaksanakan. Hati adalah kontrol pada fitrah manusia, ia yang membedakan mana baik dan mana buruk, mana benar dan salah. Hati yang baik akan terlihat dengan akhlak yang baik dan seluruh tubuh akan baik sebaliknya jika hati buruk maka seluruh tubuh buruk. Hati adalah penyeimbang langkah yang selalu menjadi sorotan, dalam kehidupan. Akal dan fitrah ini saling berhubungan erat karena fitah manusia saat diciptakan Allah membekali dengan hati hingga yang mengungkapkjan keesaaan Allah adalah hati, sedang yang merasionalkan adalah akal. Tapi kadang seseorang kehilangan arah hatinya, ia lebih mendewakan akal yang kadang mnurutnya sebagai hal yang paling benar, sedang ia acuhkan hati walau itu sebuah kebenaran. Akal akan menerima jika inderanya mampu mencari bukti pembenaran empiris atas apa yang ia alami sebagai fenomena, sedang hati yang akan menggolongkan bagaimana ia harus menyikapi itu, sebuah kebaikan atau keburukan dan bagaimana ia menyuruh akal untuk bertindak sesuai hatinya. nafsu kadang sering membutakan hati karena nafsu yang tidak terkendali mampu menembus nurani dan menghilangkannya. 

Semoga kita dapat menjaga hati kita dan mengarahkan akal agar senantiasa beriringan dengan hati dan menjalankan sesuatu sesuai kebenaran yang seharusnya.

Assalaamu'alaikum sahabat..
Kadang apa yang kita rencanakan tidak seperti harapan kita hasilnya. Bila itu tiba, biasanya kita sering sekali memprotes kepada Tuhan, kenapa semuanya aterjadi dan ini tidak adil bagiku?. Tetapi dalam kitab pedoman kita AlQuran telah disebutkan, bahwa kita tidak akan mendapat apapun kecuali dengan apa yang telah kita usahakan. Ini artinya mari kita sebelum menyalahkan Tuhan kita periksa dulu bagaimana usaha kita, bagaimana kondisi iman kita, bagaimana niat kita. Yakinlah bahwa barang siapa bersungguh-sungguh maka akan mendapatkannya.
Demikian semoga bermanfaat.. :)

Assalaamu'alaikum

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.

Rambu Materi Aqidah Akhlak X PTS Genap

  Malaikat adalah salah satu makhluk Allah yang diciptakan untuk membantu tugasNya dalam mengawasi manusia. Malaikat tidak daat dilih...