Rabu, 27 Juni 2018

Lanjutan Tausyiyah Walimah

Sahabat.... Nih, penulis lanjutkan lagi ya tausyiyah kemarin yang dibawakan oleh ustad Badar. Sayangnya, karena waktunya sudah dhuhur jadi tidak banyak yang disampaikan hanya tentang D U I T. Bahwa dalam berumah tangga dan pernikahan itu yang harus dimiliki itu haruslah D "Doa", U "Usaha", I "Iman", T "Taqwa". Karena hal-hal tersebut tentu harus dimiliki agar mampu bertahan dan menuju pada sakinah mawaddah dan warahmah.
Itu saja ya sahabat, apa yang bisa disampaikan dalam tausyiyah walimahan kemarin, banyak hal yang didapatkan. Selanjutnya penulis akan sampaikan doa buat kita semua yang belum bertemu jodoh semoga segera dipertemukan dengan jodoh dan yang sudah menikah semoga sakinah mawaddah dan warahmah ya sahabat, Aamiin.

Selasa, 26 Juni 2018

Walimatul Ursy Sebagai Bentuk Syukur

Alhamdulillaah, pagi ini tepatnya 27 Juni 2018 bertepatan dengan pests demokrasi pemilukada serentak penulis diberikan kesempatan untuk dapat melaksanakan pencoblosan untuk memilih 2 pimpinan yang akan membawa nahkoda kabupaten Magelang dan Provinsi tercinta, Jawa Tengah. Bertepatan dengan hari besar tersebut juga telah dilangsungkan akad nikah tetangga penulis, bukan penulis lho yaa (mohon doanya semoga penulis juga disegerakan menuju akad, Aamiin).
Walimatul 'ursy, kalau orang biasanya jarang mengucapkan hal tersebut lebih pada kata resepsi. Yaa, setelah memilih calon gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakilnya penulis menuju tempat walimahan tetangga. Ada haru yang menyeruak tatkala melihat dekorasinya dan penyambut tamunya (soalnya yang nyambut tamu bapak sendiri, he he). Untuk resepsi Kali ini penulis lebih ingin menggunakan kata tasyakuran pernikahan saja karena didalamnya ada ungkapan syukur yang diungkapkan Si empunya hajat untuk mengumpulkan sanak saudara, handai taulan untuk turut serta menjadi saksi disatukannya dua insan yang telah mengikat janji suci pernikahan, menggenapkan separuh agama sekaligus menggabungkan dua keluarga besar yang sedang memangku kebahagiaan. Sebelum acaranya dimulai penulis sebenarnya merasa tidak paham dengan bahasa jawa krama inggil yang dibawakan pembawa acara. Tapi tidak masalah karena pemahaman bukan hanya didapat dari mampu memahami kata, namun bisa dengan tindakan (lihat aja nanti apa yang ditampilkan eh di laksanakan).
Adat yang dipakai dalam tasyakuran ini diwarnai adat jawa dengan pengantin dibalut dengan gain hijau kombinasi emas dengan paes agung Jogjakarta sepertinya (penulis kurang paham juga dengan model tata rias pengantinnya, maafkan juga karena pengantinnya tidak berhijab jadi tidak dapat disertakan fotonya,  harap maklum yaa....).
Dalam acara ini pengantin melaksanakan adat dengan lempar sirih, injak telur, kacar kucur (menuangkan bears dari suami ke istri), juga beberapa adat lainnya. MasyaAllah, begitu luar biasa hingga semua mata memandang dengan hidmat dengan senyum sumringah, tanda bahagia.
Sahabat, dalam acara tasyakuran pernikahan kali ini terasa berbeda juga asing bagi penulis, karena ini yang kedua Kali penulis dapat nadir di acara seperti ini walau di satu kampung karena biasanya pas bertepatan dengan kegiatan penulis yang seringdi luar rumah sehingga tidak dapat hadir, dan hanya nitipkan kado saja. Penulis merasa asing karena jarang bertemy tetangga baru (soalnya banyak istri-istri tetangga yang belum kenal), tetapi alhamdulillaah, dengan nadir di acara ini penulis dapat tahu wajah wanita-wanita cantik, ibu-ibu muda juga calon ibu. Udaranya cukup hangat sehingga asyik bagi balita disamping penulis untuk bercengkrama dengan elok dan khas anak-anak diiringi langgam jawa khas pengantin jawa.
Sambil menanti bapak penulis memberikan sambutan tuan rumah, penulis nikmati dulu hidangannya ya sahabat. Kali ini penulis duduk dibawah pohon nangka, lumayan mampu memberikan bayangannya untuk bisa berteduh karena sudah mulai panas. Lantunan ayat suci yang dibaca kali ini Q.S. Ar-Ruum: 21 yang sering menjadi ayat nikah. Eh, Si Bapak sudah menjadi wakil tuan rumah memberi sambutan (juga dalam bahasa krama inggil, duh maafkan anakmu yang tidak paham bee, hehe). Ups, Si bapak lupa nama mempelai prianya siapa, duh bee (ini julukan mesra dari penulis untuk bapak, babe (bapak dalam bahasa betawi). Acara ini nanti ditutup dengan tausyiyah boleh Bapak H. Badar (Guru fiqh sewaktu penulis menempuh pendidikan di Madrasah Tsanawiyah, tetangga penulis, juga imam masjid di sekitaran rumah penulis), semoga senantiasa diberikan kelonggaran yang benar-benar untuk senantiasa selalu berbagi ilmu dengan kita ya sahabat. Tausyiyahnya nanti dishare juga ya sahabat.

Senin, 25 Juni 2018

Rumput itu bernyanyi seolah ia mengabarkan kegembiraannya yang tak berujung karena hujan menyiraminya semalam. Udara yang dingin menyiratkan bahwa awan masih bergelayut enggan meninggalkan seberkas pandangan dan membiarkan sinar sang surya meraja pagi ini. Kutilang yang bernyanyi merayakan kesejukan dan merdeka mencari biji dan rumput kering sebagai rumah itu asyik bercengkrama dengan teman-teman sebayanya. 
Hati masih saja bertanya, mengapa tidak bisa setenang embun, ia selalu mencari jawab mengapa ia sendiri merasa gelisah. Jika smua yang tersurat sudah pasti, dan semua diciptakan Allah dengan berpasangan, mengapa ia kurang bersabar. Ia hanya perlu memantaskan dirinya, agar mampu menjawab segala pertanyaan yang selam ini dipendamnya. Menjawab setiap tantangan yang akan dihadapinya kelak. Bila dalam hati saja ia tak mampu menenangkan dirinya bagaimana ia mampu menenangkan hati orang lain, jika dalam emosi saja ia tak mampu menenangkan dirinya maka bagaimana ia mampu menenangkan emosi yang lainnya. Dalam setiap pencarian jawabannya tentu seseorang harus mampu menggali apa yang ada di dalam dirinya hingga ia menjadi dewasa secara hati. Persoalan hati bukan persoalan yang mudah untuk dimengerti karena ia senantiasa berbolak balik dan mencari jalannya sendiri sampai ia benar-benar hanya mengutamakan satu hal yakni pengabdian terhadap Allah. 

Selasa, 05 Juni 2018

Manusia dan hati

Dalam setiap denyut jantung manusia ada harapan untuk selalu menjadi lebih baik, tantangan hijrah untuk berubah menjadi lebih baikpun juga masih ada kesempatan. Manusia memiliki hati yang mampu berubah ubah setiap saat namun ketika hati tersentuh oleh rasa ingin baik maka disanalah cinta Allah melingkupi hati.

Rambu Materi Aqidah Akhlak X PTS Genap

  Malaikat adalah salah satu makhluk Allah yang diciptakan untuk membantu tugasNya dalam mengawasi manusia. Malaikat tidak daat dilih...