Rabu, 28 Oktober 2015

Befikir, bertuhan dan Melawan (Normativitas dan Aktualitas Nalar Kritis)

Manusia diberikan akal untuk berfikir, Afalaa ta'qilun (maka agar kamu berpikir). Allah menciptakan semua yang ada dimuka bumi ini agar manusia mau menggunakan akan pikirannya. Alquran sebagai wahyu memerlukan penafsiran yang hanya mampu ditafsirkan dengan akal pikiran karena harus selalu disandingkan dengan konteks yang ada. Bukan persoalan mengapa manusia harus menggunakan akalnya untuk berpikir?, tetapi ini persoalan "hidup", yang mana ketika kehidupan berjalan sebagaimana seharusnya maka akal akan tetap menyertainya. Jika manusia hidup tetapi akalnya mati maka manusia tersebut hanya sebagai "mayat".

Jumat, 23 Oktober 2015

Masa, Siapa Tahu.....?

Waktu  selalu menjadi "Misteri"

Bukan, bukan masalalu yang menjadikan seseorang, tetapi masalalu hanya menjadi sepijak dari apa yang terjadi saat ini, dan saat inilah yang akan menentukan dari seseorang. Kalau kata orang masalalu itu ibarat kaca spion yang hanya dilihat dari sekilas saja, tanpa harus melihat secara penuh karena tatapan harus melihat apa yang sedang ditatap sekarang, jalan didepan tentunya agar tidak terperangkap pada jalan yang sesat atau menabrak sesutu didepan mata.
bersambung........

Sabtu, 17 Oktober 2015

Ah... Semua hanya “Paradoks”

Apa yang saya pikirkan bukan saja sebuah kebenaran. Bukan masalah saya mengambil kesimpulan atas apa yang terlihat. Tetapi benar juga kalau saya sering menyimpulkan dari apa yang terlihat, begitu juga orang melihat saya, ternyata slogan “don’t jugde the book just from the cover” tidak semua orang mengerti itu, karena “image” juga melekat melalui penampilan dan itu yang menjadikan standar penilaian seseorang.
Ah..... Semuanya masih bisa dikendalikan termasuk pandangan dan kesimpulan. Eits... Berbicara perasaan, pasti akan membawa yang namanya “cinta”, padahal saya tidak mau membahas itu. Kata orang kepadaku “Mbak Nining harus sudah mulai menjodohkan diri dari sekarang”, (betapa baiknya orang itu). Berkali-kali saya selalu dijatuhkan pada sebuah pernyataan “Jangan terlalu memilih dan terbuka saja”, (nasihat seperti apa lagi yang nantinya akan saya dengar). Ah.... Biarkan saja semua berjalan sesuai dengan “masa”nya.
(Ini bukan pengalihan isu dari perasaan yaa....)
Suatu ketika saya menilai seseorang yang bertanya kepada saya “Menurut Njenengan (sapaannya kepada saya) saya ini orangnya bagaimana mbak?”. Jelas saya jawab apa yang saya tahu saja, karena belum begitu mengenalnya, hanya karena selama 2 bulan saya pernah praktik di salah satu sekolah (rahasia penulis), “Njenengan (sapaan saya juga padanya) itu alim, sholih, baik dan sepertinya berwibawa, murah senyum, rajin ibadah, tidak mudah marah”. 
Lha memang selama bertemu begitu orangnya, selalu menjumpainya saat dhuha di masjid, ketika ngobrol juga enak saja orangnya, senyum dan yaa... biasa saja. “wah belum pernah melihat saya marah ya?”, katanya begitu. “memang kenapa kalau marah?, meyeramkan?, atau bagaimana?”, tanyaku. (stop berhenti disini saja, dan jangan kepo ya pembaca dan para fans...).
(tadi perbincangan satu, masih ada perbincangan yang lain, ini contohnya lagi)
Suatu saat ada pesan masuk yang kemudian arah perbincangannya adalah menanyakan persoalan pribadi langsung saja saya jawab dengan baik (lumayan baik lebih tepatnya). “Maaf jika tidak ada kepentingan dengan saya, maka tidak perlu mengirim pesan atau menghubungi saya”, ternyata itu adalah teman yang sedang mengerjai saya, kemudian komentar yang saya terima adalah “Nining kamu kok galak banget to?, mosok begitu, pantas jika kamu masih jomblo sekarang”. Pernyataan demi pernyataan menimbulkan sebuah pandangan dari seseorang kepada saya dan apa yang ada disekitar saya termasuk bagaimana keseharian saya. Tetapi hal yang perlu diingat adalah bukan persoalan bagaimana kita memandang seseorang, tetapi perlu saja melihat sebenarnya orang itu, dengan bisa bertanya kepada yang lain dan mengambil sisi yang masih bisa terjamah dari keseharian dan lepribadian orang lain tersebut.
Kini, saya tidak akan ambil pusing atas apa dan bagaimana saya melihat seseorang, karena seperti halnya apa yang Allah berikan kepapda kita, sangat dinamis dan sangat bisa berubah dari waktu ke waktu, dari detik ke detik, namanya juga roda kehidupan, ada kalanya yang di atas ada kalanya yang dibawah. Berubah dan terus berputar, kali ini saya bisa mengatakan alim, baik, tetapi suatu saat siapa yang tahu bagaimana orang memandang kita. “Hidayah Allah itu datang bagi orang yang dikehendakinya tetapi juga yang berkehendak”, betul tidak saudara-saudara?. Tapi kalau bertambah buruk kira-kira itu dari Allah atau dari manusia ya?, hehe. Apa juga masih berlaku bahwa apapun yang baik itu berasal dari Allah dan apa yang buruk itu berasal dari manusia?. Kesimpulan atas apapun itu saya kira yang paling baik adalah mengembalikan kepada Allah kok ya, jadi tidak ada prasangka dan tidak ada juga yang namanya kecewa karena terlalu berekspektasi tinggi memandang sesuatu. Nah....soal cinta juga begitu, jadi jangan terlalu berharap terlalu tinggi dulu, tetapi berharap itu ya sama Allah saja, bukan pada manusia yang sangat fluktuatif, sebentar A , sebentar B, biar tidak sakit hati saudara-saudara.
Ini closing statement nya, jauh dan berputar-putar tetapi ah, bahasa tulisku masih berantakan dan tidak karuan, kadang apa yang ada dipikiran kok tidak bisa dituliskan, cukup bisa dibatin dan ah... ini hanya kumpulan asumsi yang saya anggap benar, menurut saya karena ini “ala”nya saya. 

Jumat, 16 Oktober 2015

Surau Bertasbih

Bait demi bait
Bukan masa yang tercecer
Tanah bukan menjadi pijakan
Hukum penindasan menjadi akrab
Butir tasbih tak lagi menenangkan
Ada apa dengan negeriku?
Ada apa dengan moral bangsaku?
Tanah ini menjadi saksi
Pelancong mengerti kapan saat harus berhenti
Tapi lihat!! kenapa mereka bertengkar?
Noktah merah merangkai setiap sudut matanya
Surau itu berbisik
Maha Besar Tuhanku
Maha Suci Tuhanku
Dia yang Maha Agung
Jika aku bukanlah pilihan mereka
Lalu bagaimana mereka akan bahagia sepenuhnya?
Lalu bagaimana akan mereka temui Tuhan?
Jika aku bukanlah bahtera
Lautan nista telah diobralkannya
Cukupkanlah keselamatan pada penghuniku
Mereka yang selalu ada pada dan selalu mengunjungiku
Maha Besar Tuhanku
Maha Suci Tuhanku
Tak ada sesuatupun yang setara denganNya

Menggenggam Surau Kala Senja

Ini bukan mengenai bagaimana Rahayu memenangkan olimpiade yang selama ini memang menjadi keahliannya, yakni Matematika. Tetapi masa menjadikannya keemasan dalam keluarga sehingga mau atau tidak ia harus menjadi kebanggaan yang selama ini telah dibangun citranya.
"Mata bukan hanya bisa melihat apa yang tampak tetapi justru kelemahannya yang tak mampu melihat beraneka ragam keindahan yang tersimpan"

Minggu, 04 Oktober 2015

Manusia dan Kemanusiaan

Keyakinan manusia akan Tuhan menjadi tidak akan berarti jika dalam sejarah kehidupannya ia tidak lagi menghargai manusia yang lain sebagai rekan hidup yang nyata. Ketika SD atau SMP bahkan SMA bahkan teori "makhluk sosial" itu disandang manusia tidak ada yang berubah sampai saat ini. Sedikit sekali yang hanya mengatakan manusia adalah makhluk Tuhan. Masihkah manusia menjadi agen sosial?. Jerebu atau asap yang meliputi sebagian wilayah timu negara ini, inikah bukti makhluk sosial yang disandang manusia?, atau seberapa tingkatnya manusia menduduki makhluk sosial dalam hidupnya. Penindasan, kekerasan dan ketidak berdayaan manusia lain dalam menduduki derajat kemanusiaannya seolah menjadi angin lalu bagi manusia yang lain dan "menolak" tahu atau "pembiaran". Hal ini bukan lagi menjadi kajian yang buta, tetapi banyak sekali kajian kemanusiaan yang menjadi kursus dalam kehidupan manusia, jika tidak mengenyampingkan yang dinamakan dengan "keadilan". Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi dasar dan landasan berpikir seorang manusia dalam melakukan segala kebijakan dalam kehidupannya. Jika didalam Islam dikenal dengan menggunjing adalah memakan daging bangkai saudaranya yang sudah mati maka masihkan kita akan mengesampingkan kehidupan sosial?, atau cuek saja. :D

Senin, 14 September 2015

World View

"Dalam masanya manusia akan dikendalikan oleh akal dan wahyu yang menyertainya, keduanya akan berdampingan dalam sisi yang saling terkoneksi karena akal dan wahyu adalah keseimbangan" (Nining Ernawati)

Pendidikan Transformatif

Pendidikan Sebagai Wadah Bagi Sektor Kehidupan

Pendidikan merupakan faktor yang tidak dapat tergantikan oleh faktor-faktor penunjang kehidupan yang lain. Sumber daya manusia yang sangat berlimpah dengan kemajemukan sektor kehidupan yang ada sangat membutuhkan wadah sebagai kontrol dan pengendali mutu. Keberlimpahan yang ada ini harus mampu dikelola dengan bijaksana. Indonesia adalah negara multikultural dengan banyak kearifan lokal di setiap daerah. Berjuta sekolah yang ada di Indonesia baik negeri maupun swasta, baik formal maupun informal dari sabang sampai merauke menjadi potensi luar biasa apabila dapat dikembangkan secara optimal.
Pendidikan tidak mendikotomikan ilmu maupun sektor kehidupan tertentu tetapi pendidikan menjadi media pendalaman bagi berbagai ilmu dan sektor kehidupan. Kehidupan sektor ekonomi, sosial, politik, agama, budaya, bahkan keamanan dan pertahanan menjadi kunci kehidupan manusia. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sektor pendidikan. Pendidikan berwawasan kearifan lokal menjadikan pendidikan sebagai wahana untuk mengenalkan potensi-potensi lokal daerah masing-masing. Dari kearifan lokal inilah para siswa akan tahu potensi daerahnya, sebagai kader penerus bangsa yang akan membangun daerahnya.
Dalam segala aspek kehidupan pembangunan masyarakat tidak seharusnya mengabaikan pendidikan, dalam bukti karena berbagai persoalan kehidupan aspek pendidikanpun terabaikan. Padahal pendidikan adalah faktor yang sangat penting untuk mengembangkan sektor kehidupan mereka. Sektor-sektor kehidupan yang ada di Indonesia harus terangkum dan ditumbuhkan dalam kehidupan pendidikan, melalui pengembangan kurikulum, mata pelajaran, kegiatan lifeskill, ekstrakurikuler maupun pengembangan pengayaan. Siswa dapat dihadapkan pada permasalahan-permasalahan realitas yang ada dalam sektor kehidupan mereka.
Sudah tidak zamannya lagi siswa hanya dituntut nilai yang bagus tetapi tidak dapat mengenal lingkungan dimana Ia dibesarkan. Bahkan yang lebih mengerikan adalah siswa yang mampu mengenyam pendidikan tetapi tidak tahu arti dirinya bagi kemajuan bangsa. Pendidikan yang mempunyai fungsi transfer of knowlagde dan transfer of value sudah selayaknya memperhatikan kondisi dan realitas sektor kehidupan yang ada. Sumber daya alam yang berlimpah disetiap titik daerah di tanah hijau Indonesia menjadi pegangan bagi generasi muda penerus bangsa yang akan mengelola dan mengolahnya, agar dapat menjadi sumber kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.
            Pendidikan menjadi miniatur kehidupan dan tolak ukur kesejahteraan. Kehidupan berbagai sektor kehidupan akan tetap terjaga apabila dalam kehidupan pendidikan terjadi keselarasan nilai-nilai kehidupan. Tumbuhnya kehidupan ekonomi tidak akan lepas dari pendidikan ekonomi baik mulai tingkat dasar maupun tingkat perguruan tinggi. Kesadaran berekonomi dapat diajarkan dalam pendidikan disekolah maupun di luar sekolah melalui kesadaran berkebutuhan atau media pendidikan yang ada misalnya koperasi sekolah, bank mini, studi kasus perekonomian. Sektor kehidupan beragama dan berbudaya dapat dilaksanakan dengan pendidikan moral menyikapi perbedaan. Penanaman nilai inilah yang akan menciptakan norma-norma kesusilaan berbangsa dan bernegara yang majemuk seperti halnya Indonesia. Pendidikan berwawasan multikultural dan kearifan lokal tidak boleh lekang dari nilai pendidikan itu sendiri. Karena pada dasarnya pendidikan berwawasan kearifan lokal akan melahirkan kesadaran perbedaan sesuai kearifan lokal yang ada. Dari pendidikan berkearifan lokal ini juga diharapkan akan mampu menciptakan keamanan dan rasa damai. Sektor keamanan akan tercapai dalam suasana damai saling toleransi antar warga negara, menyadari akan perbedaan dan kaidah berbangsa.
            Indonesia dengan sumber daya intelektualnya harus dapat mengelola stabilitas sektor kehidupan warga negaranya. Pertumbuhan dunia ekonomi, sosial, politik, agama, budaya, keamanan dan ketahanan akan tumbuh seiring pertumbuhan kualitas pendidikan di Indonesia. Dari pendidikanlah akan lahir para ahli ekonomi, ahli politik, ahli sosial, ahli agama, dan akan lahir para menteri dan para insinyur. Sebagai kunci vital kehidupan, pendidikan tentu saja harus dinomor satukan, agar tercipta keselarasan, teratasinya masalah kemiskinan, menurunnya angka kriminalitas, tidak ada lagi tawuran dan pembantaian karena perbedaan suku, ras dan agama. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan kemerdekaan. Maka pendidikan harus ada dalam setiap pojok sayap kehidupan manusia, melalui upaya bersama masyarakat dan pemerintah dalam memajukan sektor kehidupan manusia melalui pendidikan formal maupun informal.


Senin, 24 Agustus 2015

Cerito Jaman Semono

Dalan Solo Rung Sakpirakno Rumit Koyo Dalan Urip (Gusti Kang Kuoso nang Duwur Sakabehane)
Solo iku kuto kang wis ora asing dirungokke, sasate kabeh uwong ngerti kuto Solo utowo Surakarta. Lha wong nyangiane Didi Kempot kang judule “Stasiun Balapan Solo” kan terkenal. Menowo arep nang Solo isoh dipestekke isoh lewat ngendi wae, tetapi wingi kui aku pas nang solo karo koncoku, ah luwih tetape mbak angkatanku sing jenengane Fani Istiani, mangkat Solo seko Magelang jam set 7 ba’da Magrib, maklum to orang sibuk dadine isoh menyang kono yo jam semono kui. Aku mboncengke mbak sing jarene Fani kui ngepit motor. Awale normal-normal wae le ngepit kui, ngantek tekan nduwur Tegalrejo wis mlebu Grabag dalane soyo peteng-soyo peteng lan mancen peteng nang tengah hutan, sepi tur adem (bayangke dewe yo). Aku ra ngerti mbak Fani mikir opo aku mikir opo, amargo longko omong-omongan, lha wong ora santai le ngepit nek omong-omongan yo ngko dadi ora krungu to, makane aku karo ngrungokke hedset, ora le piye-piye ming ben nek ono sing nglakson aku ora kaget banget, maklum to anak kalem kaya aku kiye lak kagetan ndara.
Tambah bengi tambah adem sak dawane perjalanan kui, padahal kaos tangan juga wis ngenggo, nek mbak Fani yo adem tapi paling ora banget wong ketutupan aku, hhehee.... Puncak e adrenalin pas mangkat kui pas aku kesasar, ah ora kesasar ming dalan sing di pilih kok dalan trabasan sing sepi tur bulak sawah karo dapuran pring tapi kui bener wong jebolane juga Salatiga cuma hudu dalan sing biasane dilewati, paling tek wis kuwur mripate le ndelok tur peteng to itu dalan Kopeng kae. Kudune ijeh lurus malah mlebu desone uwong yo teko bablas kanthi mantep lan nyrenyep. Dalan njenglong dadi ora njeglong, terus mlaku lha wedi sakjane wong sepi pol ndara po.
Njebol Salatiga tenan iki, wis rasane koyo metu seko guo kang nyikso, maune adem dadi sumuk, ming gara-gara kemrungsung. Lebar Salatiga yo njug wis tekan dalan Boyolali – Solo, akhire tekan Solo tenan, yess Alhamdulillaah wis jam 9. Tekan kono langsung turu, eh ora ding wong le turu jam setengah 3. Lah ringkase cerito, jam 5 ki aku karo mbak Fani mulih nang Magelang meneh, rencana arep lewat dalan sing biasane. Iki mungkin bener yo, ojo kepengen sesuatu sing hurung jelas juntrungane. Aku tekan dalan arah Salatiga njug kepengen manut plang kang nunjukke arah Magelang, takon karo tukang ojek jarene bener kui plang e tapi lewat Selo Boyolali. Aku mikir, ah rapopo wong yo sing penting tekan Magelang tepat waktu ora telat le nyambut gawe. Akhire manut karo kui plang, dalane awale penak wong bis barang lewat dalan kono walaupun dalane kui yo dalan kampung, hehe.
Terus-terus-terus aku manut kui dalan tekan akhire dalan siji-sijine kang dalane elik, nikung munggah, terus ono tulisan “Jalan Truk Penambang”, ora patek tak pikir kui tulisan akhire kok dalane soyo elek tur munggah lan nikung nanjak, ya Allah..... aku pingin nangis. Munggahe pol, ngantek kudu zig-zag le munggah, ndedeg duwur tapi motorku cukup setrong kok, dadine kuat, hehe. Njug aku kudu nangis po?, walaupun aku yo meh nangis tapi lucu, akhire tekan Boyolali sing jenenge Selo. Plong rasane ati iki koyo entes nibo seko langit pitu. Tekan kono raketung wis lego tapi yo hurung rampung tekan kono kudu melewati dalan kang rusak meneh, yoiku dalan Sawangan Magelang. Maklum dalan trek lak yo rusak-rusak to, lewat ngisor Ketep Pass kae lho. Naliko semono aku ro Mbak Fani lewat dalan kang okih bingit kabute, ibarat kata jarak pandang kui ming sak meter tok lho....
Ah, akhire tekan blabak disambut karo demo supir trek njug dalan dialihkan, *tear* *tear* *tear*

Pokokmen semua itu, adalah lika-liku jarene dalan urip iso luwih liku-liku seko dalan iki. Bener ra kiye?

Sabtu, 04 Juli 2015

Wacana Global

Berbicara Islam tidak akan pernah berhenti jika hanya berhenti pada definisi dan bukan pada aksi ber Islam. Sepengetahuan penulis agama itu lahir sebagai unsur kondisi dan kebudayaan suatu zaman sebagai ritus ketuhanan yang sifatnya mistis. Perubahan sosio kultural menentukan banyak arah agama, yang melahirkan berbagai dimensi keberagamaan. Perubahan-perubahan ini secara linear maupun non linear mampu menjangkiti bagaimana umat beragama mentransformasikan nillai agama di dalamnya.
Munculnya ekstrimisme juga ditentukan bagaimana orang memandang agama, dengan tetap bertahan pada ortodoksi awal lahirnya agama. Ketetapan dalam berpandangan ektrimis ini juga mengakibatkan penilaian yang diasumsikan pada bahwa Islam sebagai agama tidak dapat bergabung dan bertemu dengan nilai yang kini berkembang, ilmu pengetahuan misalnya, bahkan nilai kultural yang berkembang masa kekinian, toleransi contohnya dan hal ini yang kemudian mengarah pada kekerasan beragama.
Agama yang lahir diberbagai benua dan wilayah adalah respon dari kondisi masing-masing kebijakan politik saat itu. Bukan mempolitisasi agama untuk kepentingan elite politik. Agam menjadi solusi untuk membangun sesuai spirit kenabian tentunya akan lebih bijak daripada harus mendiskriditkan agama untuk kepentingan kekuasaan atau melanggengkan kekuasaan politik.
Indonesia dengan pancasila yang kini beku akan aksi, seolah pancasila hanya produk sejarah yang kini hanya tinggal dinikmati cerita asal usulnya saja. Sudah tidak ada aksi nyata yang mencerminkan nilai pancasila dalam setiap kebijakan yang dibuat elite penguasa. Dan respon agama bisa terjadi karena kekosongan ini, respon akan perasaan nir keadilan dan nir keberpihakan maka akan melahirkan kondisi keagamaan yang bisa bersifat ekstrim. Agama yang seharusnya mejadi pilar keadilan, penyeimbang sosio kultur, pengayom dan  tanpa diskriminasi bisa berubah garang karena kondisi yang tidak lagi berpihak padanya. Walau bagaimanapun agama yang tidak dapat hidup dalam lingkungan kenegaraan akan tersingkir oleh kebijakan buta yang tidak sesuai.
Sporadis agama ekstrem akan mati dan hilang jika dikontekskan dalam khazanah keindonesiaan karena elite dan hukum  yang mengatur, tetapi sebagaimana penulis ungkapkan diawal bahwa hal ini tidak menjamin jika hukum dan kekuasaan tidak berpihak artinya agama harus menuntut keadilan juka tidak adil, agama harus menjadi solusi akan persoalan yang tengah ada. Agama yang ramah dan mengayomi. Agama ekstrem tidak akan muncul selama sistem ideologi masih mampu menampung sistem agama yang ada disuatu negara.
Menurut penulis, akan lebih abik dan bijaksana maka Ideologi agama ini sharusnya mamou mengusung nilai-nilai yang berkemanusiaan, misi pembebasan. Islam hanya berisi tentang tradisi yang tradisionalis dari kelompoknya, kepercayaan nenek moyang, perasaan individu, ritual, kebiasaan, praktik yang berlangsung dari waktu-ke waktu oleh pemeluknya sebagaimana yang disampaikan Ali Syariati dalam penyikapan mengenai sosioligis Islam. Yang secara objektive Islam memberikan pengaruh kepada perubahan sosial. Inilah poin penting dari keberadaan agama erlepas dari historisitas kemunculannya.
Dalam bentuk ini tentu dibutuhkan tradisi keilmuan yang bisa membangun paradigma keagamaan terutama Islam. Jika tradisi keilmuan ini dilestarikan maka akan lebih mengacu pada doktriner agama dan tauhid sebagai ajaran yang membebaskan ketertindasan dan belenggu struktural. Kajian tradisi keilmuan ini menjadi pintu akan terbukanya wawasan substansi kontekstual bukan tekstual sehingga menyentuh pada aspek sosio praksisnya. Sehingga Islam bisa dinikmati oleh berbagai kalangan sebagai bukti agama pembebas ketertindasan dan agama sejatinya non diskriminatif.

Allahu A’lam . Nining Ernawati

Muslimah

Sebagai seorang muslimah, 
Teringat ketika ngobrol dengan kawan-kawan perempuan, membicarakkan ideologi Islam dan sikap perempuan terhadap laki-laki. Menyinggung persoalan hijab besar dan bahkan cadar. Jilbab lebar, tahu Islam, bercadar tetapi masih sering berkirim pesan "tidak penting" dengan laki-laki yang notabene bukan mahramnya, mungkinkah ideologi Islamnya belum masuk kedalam jiwanya?.
Muslimah, dan penjagaan diri ternyata tidak cukup hanya berlindung pada pakaian yang menutupi auratnya tetapi justru yang lebih besar adalah berlindung pada hati dan jiwanya. Bukan menutup aurat itu nomor sekian lho ya, tetapi sama-sama berjalan berdampingan tidak bisa tertinggal salah satunya, ini mengingatkan pada pernyataan seorang aktris muslimah yang mengatakan jika aqidahnya baik tetapi sikap dan hatinya tidak baik maka selayaknya jaring yang berlubang tidak akan bisa menyimpan benda didalamnya.
Hal ini juga mengingatkan pada jawaban seorang laki-laki yang berkata bahwa akhlak dulu baru hijabnya. Sikap seorang mencerminkan manifestasi hatinya. Seorang perempuan kini dihadapkan pada kenyataan bahwa dakwah bisa melalui busana, maka tidak ada alasan meninggalkan nafas dakwah. Termasuk dalam hal menanggapi seorang laki-laki yang sebenarnya harus dijaga terlebih dahulu, dijaga pandangan dan hatinya. Peran seorang perempuan dalam Islam jauh besar, katanya perempuan adalah madrasatul ula bagi anak-anaknya, peran kemanusiaan dan sosial. 
Intinya begini siapapun itu hendak memiliki sikap yang seimbang antara aqidah dan sikap bermuamalah. Berislam itu bukan hanya hubungan dengan Tuhan tetapi juga manusia, namanya juga rahmatan lil alamin. 
Nilai Islam harus sejalan dengan aplikasi nilai, jika sudah tahu rumus kebenarannya tetapi tidak dilaksanakan maka bukankah itu fasiq?. Penilaian orang terhadap orang lain itu hanya dari apa yang terlihat, sikapnya salah satunya, sedang dalamnya hati dan iman siapa tahu?. hanya Allah yang tahu hal yang sebenar-benarnya. Jika jatuhnya daun dari pohon saja Allah tahu, tetapi kadang kita yang tidak tahu bagaimana ketika Allah melihat kita?. 
Mulut bisa berbohong tetapi tangan dan kaki bisa menjadi saksi. 
Muslimah, bukankah keyakinan kita ini yang akan mengantarkan kita pada kemenangan, kemenangan surga dan kememangan dimata manusia, jadi bukankah jalan Islam ini jaln yang terbaik serta jalan yang melindungi kita semua?,. Yakinlah bahwa penjagaan kita tidak akan menghalangi jodoh kok, jodoh bukan hanya akan datang karena kita selalu membuka peluang laki-laki mendekati kita dengan pesan-pesannya yang romantis, tetapi penjagaan kita yang akan mengantarkan jodoh yang terjaga juga untuk kita. Percaya kan?. 
Jangan jadikan alasan menjaga dia adalah teman atau siapapun, karena sama saja hukumnya, lagi-lagi mengenai menjaga. Kita menjaga teman kita pasti juga akan menjaga akhirnya tidak ada yang dinamakan berharap atau apapun itu karena harapan hanya datang 
dari Allah dan bermuara kepadanya. 
Muslimah, baju taqwamu adalah hijab yang menutup tubuhmu demgan hiasan akhlak dan hati yang terjaga kemilaunya, untuk ridho Allah atas semua makhluknya dan semua titah yang diberikannya.
Muslimah, cantikmu bukan hanya karena hiasan wajahmu yang merona, karena bukan hanya itu yang melahirkan kecenderungan, yang melahirkan yang dinamakan cinta, yakinlah Allah membentangkan jalan yang luas dan lebar didepan dengan lahan dakwah yang sangat bermanfaat. 
Mengingat dan sekedar berkata inilah "kataku".

Menjadi asing atau Mengasingkan

Menjadi orang asing atau mengasingkan orang,
Katanya memelihara tali silaturahmi itu banyak manfaatnya, memperpanjang umur, mendatangkan rezeki, memvuat awet muda, menjaga kesehatan dan menentramkan tentu manfaat ini sangat relatif dari masing-masing orang yang merasakannya.
Pertemanan dan persahabatan adalah dua hal yang orang sering di tolak ukur kerekatan hubungan walau hubungan keluarga juga masuk didalamnya. Banyak definisi non normatif yang mendefinisikan arti pertemanan dan persahabatan yang sering penulis lihat melalui beranda yang penulis baca. Pertemanan sering didefinisikan sebagai londisi dimana hubungan belum begitu memahami, belum begitu dalam, sekedar mebjalin hubungan baik begitulah kira-kira. sedang perdahabatan lebih tinggi dari pada itu, katanya susah senang bersama, menghadapi sesuatu bersama hingga bagaikan amplop dan perangko, siang malam yang saling beriringan dan lainnya juga yang juga sangat relatif dari pelaku tentunya. Kedua hal tersebut dapat dilihat dari ketika adanya persoalan diantara manusia didalamnya. katanya kalau teman akan lari jika salah satu sedang ditimpa persoalan sedang kalau sahabat akan bertahan dalam kondisi apapun. Akhirnya ada yang awet ada juga yang hubungannya sebatas persoalan saja, duh rasanya sakitnya tuh disini (heh).
Tetapi diluar hal itu semua agama kita Islam yang luar biasa mengatur bagaimana ukhuwah, hubungan antar manusia juga manusia dengan alam sebagai penyeimbangnya. ada istilah Ta'awun dan tafahum diantaranya. Tolong menolong dan memahami, hubungan silaturahmi juga begitu halnya bisa djangkau siapa saja dan kapan saja tanpa harus terikat hubungan yang membatasi, menurut penulis adanya nama pertemana dan persahabatan adalah pembatasan akan makna hubungan silaturahmi itu sendiri. entah benar atau salah tentang apa yang ditulis penulis ini (karena perspektif) yang cukup dangkal.
Pembatasan ini maknanya adalah begitu mudah hubungan yang dinamakan dengan pertemanan dan persahabatan itu jika tolakukurnya hanya sebatas persoalan atau permasalahan diantara keduanya. pertemanan dan persahatan bisa putus secara tiba-tiba dan akhirnya timbul kebencian kemarahan dan akhirnya menjadi orang "asing" atau "mengasingkan" orang adalah pilihannya. sedang keduanya bukan pilihan. 
Menurut penulis silaturahmi dan hubungan kekerabatan itu tidak terbatas pada apa yang dialami ataupun waktu. karena dimanapun kita berada kewajiban untuk menjaga hubungan baik dengan semua orang. Ukhuwah islamiyah, dalam bingkai ukhuwah wathaniyah untuk menuju negara yang baldatun thayibatun warabbun ghafur. 
Akhirnya banyak hal yang bisa diraih dari sebuah hubungan jalinan silaturahmi dengan banyak orang, tambah saudara, tambah ilmu dan tambah sesuatu yang menguatkan jiwa istilahnya obat rohanilah. Lagian juga dalam agama kita kebathilan yang terorganisir bisa mengalahkan kebaikan yang tak terorganisir. 
Tidak ada batasan nama jalinan silaturahmi ini yang akan mengantarkan pada kekekalan ukhuwah, kan sesama muslim itu saudara jika ada pembatasan berarti ada unsur pemutusan hubungsn antar sesama muslim jika tidak menjadi orang asing karena dihindari orang yang nitabene kemarin teman atau sahabat yaa pilihannya mengasingkan orang yakni menghindari orang yang dulu dekat dengan kita. 
Dari berbagai bahasan bahwa ditemukan banyak contoh mengenai ini yang kemarin seperti rantau yang bergandengan kini seperti ujung magnet yang sama jenisnya yakni bertolak belakang tidak bisa bersatu kembali.
Akhirnya biar tidak terjadi pemutusan tali persaudaraan mari laksanakan kewajiban kita sebagai manusia yang membawa manfaat dan keberkahan untuk semua orang. jangan dibatasi dengan siapa kita saling menolong dan memperhatikan. agar kita tetap seperti bangunan kokoh yang saling menguatkan dan mengencangkan setiap sendi-sendinya. perlu kesadaran diantara kita semua bahwa kadang kita lupa hakikat makhluk sosial yang melekat pada diri kita. egoisme dan individialisme kita sering mencengkeram bahwa kita adalah yang paling benar diantara semua orang, hanya kita yang paling berhak dilihat dan didengar orang lain. 
Allah selalu mengajarkan kepada kita bahwa pelajaran hidup itu juga bisa dipelajari melalui ayat Allah yang ada didalam pedoman kita alquran dan ayat yang berbentuk materiil dapat dilihat dan sebagai bukti kekuasaan allah. melebihi dari apa yang bisa dipikirkan begitu juga dengan ukhuwah dan silaturahmi menjalin kasih dan sayang antar sesama. 
Jangan jadikan hidup kita asing didepan manusia dengan mengasingkan orang lain. dan buka mata bahwa setiap orang memiliki hak yang sama dan yang membedakan dimata Allah hanya tingkat ketaqwaannya saja.

Rabu, 11 Februari 2015

Hari Valentine

Valentine Perspektif Islam
Disampaikan pada Kajian Keputrian.

Hari Valentine dan sejarah perayaannya. Duh, membicarakan perspektif atau pandanagan rasanya berat sekali karena akan membahas masalah ideologi, dan akan butuh banyak waktu untuk mendiskusikannya, dan di forum ini kita akan lebih sedikit mengupas mengenai budaya valentine saja ya Kawan.
Hari Valentine bermula saat seorang yang bernama Santo Valentino yang mati dipenggal pada masa Romawi, kekaisaran raja Cladius II. Ada beberapa sejarah yang menuliskan sebab kematian Valentino, catatan pertama menyebutkan bahwa Valentino dipenggal karena Ia membantu orang-orang Kristen yang dianiaya,  yang kedua menyebutkan bahwa Valentino dipenggal karena Ia adalah orang Saleh yang mengakui Isa Al Masih itu sebagai Tuhan dan tidak mengakui Tuhan orang Romawi itu sebagai Tuhannya, catatan ketiga menyebutkan bahwa Valentino dipenggal akibat Ia menentang kebijakan pernikahan Kaisar, yakni secara diam-diam Ia menikahkan tentara-tentara yang dilarang menikah, untuk kekuasaan dan militer dan kegita versi ini menyebutkan bahwa karena sebab itulah Valentino dipenggal pada tanggal 14 Februari.
Lalu kenapa dirayakan sampai saat ini?. Hari peringatan ini bukanlah hari sejuta umat tetapi ini adalah sebuah kebudayaan yang dilestarikan oleh kaum Kristiani karena bagian dari mereka yang mati karena membela kaumnya, dan mengakui Isa Al Masih adalah Tuhannya sehingga Valentino adalah umat Tuhan kaum Kristiani, dan penghargaan itu dibawa kedalam tradisi gereja yang secara periodik dimaknai sebagai hari kasih sayang.
Hari ini sangat berbeda dengan hari perayaan yang lain, kenapa?. Hari Valentine tidak boleh tetapi hari Pahlawan dan Hari Ibu boleh, kenapa?. Hari Valentine sangat berbeda konteks dengan hari pahlawan dan hari Ibu, hal ini menyangkut persoalan Ideologi keagamaan, hari Valentinne akan sangat lekat dengan budaya paganisme, budaya keberhalaan karena sudah menyangkutkan Tuhan didalamnya. Budaya yang diciptakan dalam rangka penghormatan kepada orang yang berkorban demi sebab dasar nilai ke Tuhanan orang-orang Kristiani. Ini sebab Ideologis dilarangnya hari Vakentine dalam Islam. Sedang banyak dalil yang seringkali dikaitkan dengan perayaan ini, dalil mengenai berlebih-lebihan, dalil mengenai budaya, yuk buka Alqurannya.
Ketika membicarakan perspektif ini akan sangat paradigmatik, artinya bagaimana Islam memandang hal yang secara Idealitas sangat didasarkan pada persoalan ideologis. Islam memang melarang kaumnya untuk mengikuti budaya kaum-kaum diluar Islam, karena didalam Islam, sifat Allah dengan kasih dan sayangnya selalu melimpahi umatNya hingga tidak ternilai dan terhitung. Sehingga tidak ada Istilah hari kasih sayang secara insidental, hanya pada waktu tertentu saja, tetapi setiap saat adalah hari kasih sayang. Dari sebab Ideologis ini yang kemudian turun dalam segala kaidah, yakni akan sangat realistis ketika dikaitkan dengan budaya hura-hura, senang-senang, dan berlebih-lebihan, bagaimana tidak, jika Islam melarang melakukan budaya tersebut. Valentine identik dengan ungkapan cinta, melewatkan hari bersama orang yang disayangi, dicintai, melewatkan malam bersama, berdua dan saling berbagi soal cinta yang disimbolkan dengan coklat, bunga atau boneka atau  apapun itu.
Sangat Logis jika hal itu menjadi pertentangan didalam Islam, karena Al Quran sangat melarang hal itu, karena Islam mengharamkan perzinaan, dan melarang umat Isllam untuk mendekati perbuatan Ziina dan aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan sangat mendekati Zina, yang sangat mungkin terjadi. Ini sebab realistis. Dalam Hadits sebagai dasar larangan mengikuti budaya kaum lain maka jika sebagian umat yang mengikuti budaya umat yang lain maka sungguh ia adalah bagian dari kaum tersebut. Dengan alasan dogmatis dan ideologis maka Islam melarang budaya ini. Ideologi Islam tidak bisa dicampur dengan ideologi agama lain karena ini menyangkut Aqidah. Gempuran ideologis masa kini bukan lagi masalah doktrin tetapi bagaimana membungkus doktrin dalam wacana budaya.
“Aku kan hanya kasih kamu coklat, sebagai bukti aku menyayanginya, dan untuk fun-fun saja...”. Duh, remaja memang identik dengan hal ini, alasan memberikan sesuatu yang spesial untuk orang yang dikasihi menjadikan moment ini sangat spesial. Remaja, perlu diketahui, jika sesuatu yang Allah tidak suka maka jika kau melakukannya itu sama artinya dengan kau menyiapkan dirimu untuk mendapat ganjaran keburukan dariNya. Logis saja ya, remaja jika seorang menyukaimu, mencintaimu, dan mempunyai kasih kepadamu maka dia akan menjagamu lahir dan batin, betul tidak?. Dia tidak akan mengganggu malam-malammu yang berharga untuk belajar dengan SMS, BBM atau WA atau media sosial lainny, tetapi dia akan menghargai waktumu karena Ia tahu waktumu sangat berharga bagimu. Seseorang yang benar-benar menyukaimu adalah mereka yang selalu menasihatimu dalam kebenaran jalan Allah, bukan mereka yang mengajakmu berboncengan motor berdua melewati hari dan pergi dengan romatisnya. Kasihan sekali mereka yang sering tertipu oleh dengungan yang Syetan alirkan kepada kita, rasanya pasti bahagia sekali tetapi itu adalah awal dari kebuntuan hati dan kebekuan berpikir.
Jika rasa sayang itu mengenal waktu, maka Ibu kita akan mengasuh kita hanya pada satu waktu saja, dan selain itu membiarkan begitu saja kita bahkan menelantarkan kita, sedih bukan. Itulah analogi yang asangat sederhana sekali. Kawan-kawan, hari valentine memang sangat menarik dari luar tetapi didalamnya banyak sekali madharat yang bisa menimpa diri kita. Jadi lebih baik jauhi madharatnya dan ambil sesuatu yang lebih bermanfaat, kenapa tidak kita bisa lebih bermuhasabah disaat yang lain berfoya-foya, kenapa tidak kita lebih bisa memanfaatkan waktu untuk belajar, mengerjakan hal yang bermanfaat disaat yang lain menggunakan waktu untuk bersenang-senang. Simple kan?.
Jadi tidak usah kita mengikuti budaya yang bukan mencerminkan realitas keberagamaan kita sebagai muslim. Kawan, mari kita jaga keistiqamahan kita sebagai muslimah, yang senantiasa menjaga diri kita, dan menjaga hati kita agar tetap menjaga aqidah.
Kawan-kawan, sudah seharusnya sebagai kaum pelajar kita senantiasa melihat muatan dari setiap event atau budaya yang tidak ada tuntunan dalam Quaran dan Sunnah, karena kita seorang muslim. Mari kita siapkan diri untuk bisa memanfaatkan setiap waktu yang Allah berikan untuk kebaikan.

Sekian semoga bermanfaat. Nuun wal qalami wamaa yasturuun, billahii fii sabilil haq fastabiqul khairat.

Kamis, 05 Februari 2015

Pendidikan Sebagai Wadah Bagi Sektor Kehidupan

Pendidikan merupakan faktor yang tidak dapat tergantikan oleh faktor-faktor penunjang kehidupan yang lain. Sumber daya manusia yang sangat berlimpah dengan kemajemukan sektor kehidupan yang ada sangat membutuhkan wadah sebagai kontrol dan pengendali mutu. Keberlimpahan yang ada ini harus mampu dikelola dengan bijaksana. Indonesia adalah negara multikultural dengan banyak kearifan lokal di setiap daerah. Berjuta sekolah yang ada di Indonesia baik negeri maupun swasta, baik formal maupun informal dari sabang sampai merauke menjadi potensi luar biasa apabila dapat dikembangkan secara optimal.
Pendidikan tidak mendikotomikan ilmu maupun sektor kehidupan tertentu tetapi pendidikan menjadi media pendalaman bagi berbagai ilmu dan sektor kehidupan. Kehidupan sektor ekonomi, sosial, politik, agama, budaya, bahkan keamanan dan pertahanan menjadi kunci kehidupan manusia. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sektor pendidikan. Pendidikan berwawasan kearifan lokal menjadikan pendidikan sebagai wahana untuk mengenalkan potensi-potensi lokal daerah masing-masing. Dari kearifan lokal inilah para siswa akan tahu potensi daerahnya, sebagai kader penerus bangsa yang akan membangun daerahnya.
Dalam segala aspek kehidupan pembangunan masyarakat tidak seharusnya mengabaikan pendidikan, dalam bukti karena berbagai persoalan kehidupan aspek pendidikanpun terabaikan. Padahal pendidikan adalah faktor yang sangat penting untuk mengembangkan sektor kehidupan mereka. Sektor-sektor kehidupan yang ada di Indonesia harus terangkum dan ditumbuhkan dalam kehidupan pendidikan, melalui pengembangan kurikulum, mata pelajaran, kegiatan lifeskill, ekstrakurikuler maupun pengembangan pengayaan. Siswa dapat dihadapkan pada permasalahan-permasalahan realitas yang ada dalam sektor kehidupan mereka.
Sudah tidak zamannya lagi siswa hanya dituntut nilai yang bagus tetapi tidak dapat mengenal lingkungan dimana Ia dibesarkan. Bahkan yang lebih mengerikan adalah siswa yang mampu mengenyam pendidikan tetapi tidak tahu arti dirinya bagi kemajuan bangsa. Pendidikan yang mempunyai fungsi transfer of knowlagde dan transfer of value sudah selayaknya memperhatikan kondisi dan realitas sektor kehidupan yang ada. Sumber daya alam yang berlimpah disetiap titik daerah di tanah hijau Indonesia menjadi pegangan bagi generasi muda penerus bangsa yang akan mengelola dan mengolahnya, agar dapat menjadi sumber kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.
            Pendidikan menjadi miniatur kehidupan dan tolak ukur kesejahteraan. Kehidupan berbagai sektor kehidupan akan tetap terjaga apabila dalam kehidupan pendidikan terjadi keselarasan nilai-nilai kehidupan. Tumbuhnya kehidupan ekonomi tidak akan lepas dari pendidikan ekonomi baik mulai tingkat dasar maupun tingkat perguruan tinggi. Kesadaran berekonomi dapat diajarkan dalam pendidikan disekolah maupun di luar sekolah melalui kesadaran berkebutuhan atau media pendidikan yang ada misalnya koperasi sekolah, bank mini, studi kasus perekonomian. Sektor kehidupan beragama dan berbudaya dapat dilaksanakan dengan pendidikan moral menyikapi perbedaan. Penanaman nilai inilah yang akan menciptakan norma-norma kesusilaan berbangsa dan bernegara yang majemuk seperti halnya Indonesia. Pendidikan berwawasan multikultural dan kearifan lokal tidak boleh lekang dari nilai pendidikan itu sendiri. Karena pada dasarnya pendidikan berwawasan kearifan lokal akan melahirkan kesadaran perbedaan sesuai kearifan lokal yang ada. Dari pendidikan berkearifan lokal ini juga diharapkan akan mampu menciptakan keamanan dan rasa damai. Sektor keamanan akan tercapai dalam suasana damai saling toleransi antar warga negara, menyadari akan perbedaan dan kaidah berbangsa.

            Indonesia dengan sumber daya intelektualnya harus dapat mengelola stabilitas sektor kehidupan warga negaranya. Pertumbuhan dunia ekonomi, sosial, politik, agama, budaya, keamanan dan ketahanan akan tumbuh seiring pertumbuhan kualitas pendidikan di Indonesia. Dari pendidikanlah akan lahir para ahli ekonomi, ahli politik, ahli sosial, ahli agama, dan akan lahir para menteri dan para insinyur. Sebagai kunci vital kehidupan, pendidikan tentu saja harus dinomor satukan, agar tercipta keselarasan, teratasinya masalah kemiskinan, menurunnya angka kriminalitas, tidak ada lagi tawuran dan pembantaian karena perbedaan suku, ras dan agama. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan kemerdekaan. Maka pendidikan harus ada dalam setiap pojok sayap kehidupan manusia, melalui upaya bersama masyarakat dan pemerintah dalam memajukan sektor kehidupan manusia melalui pendidikan formal maupun informal.

Rambu Materi Aqidah Akhlak X PTS Genap

  Malaikat adalah salah satu makhluk Allah yang diciptakan untuk membantu tugasNya dalam mengawasi manusia. Malaikat tidak daat dilih...