Minggu, 05 Februari 2017

Setengah Jalan, dalam Romantisme Hidayah

Setiap bahasa memiliki makna yang ada di dalamnya. sebagaimana bahasa pria-pria bersorban yang ditemui secara indisental. bukan persoalan sorban yang dipakai, dengan baju gamis khas pondok pesantren tetapi seberapa mampu kita bertahan dengan apa yang berbeda dari kita secara materiil. Berjalan ditengah kota, melintasi orang-orang yang ada disekelilingnya yang mungkin saja semua orang akan bergumam "aneh". tetapi mungkin gumaman itu hanya sebatas isapan jempol belaka. Ini sebuah tantangan, bagaimana melestarikan sebuah misi dakwah dalam balutan yang berbeda dari ke umuman.
Pria-pria itu seperti kelompok burung yang terbang keluar sarang secara bersama-sama, saling menguatkan dan saling mengembalikan niat. paling tidak selama kami berkomunikasi dengan pria-pria itu hal yang dapat diambil hikmah adalah bagaimana menjadi muslim yang bermanfaat dan berdaya guna, nilai dan hanya ingin memperlihatkan bahwa Islam adalah bentuk kebersamaan. "Lain pintu lain pula rumahnya". yaa lebih enak memnggunakan kata-kata ini, kami yang berkhidmat di Muhammadiyah dan pria-pria itu dilembaga lain. Ah, pelangi itu kelihatan bagus karena ia terdiri dari banyak warna menjadi satu. lalu apa yang akan dipermasalahkan?, pemahaman?, Aktualisasi?, Perbedaan?. Ah... Tidak juga, pemahaman kita inikan bisa berubah, saat ini mungkin saya bisa mengatakan Muhammadiyah adalah ormas yang saya sedang sepakatnya, bisa jadi besok ada kesepakatan atas yang lain, karena ideologi itu dinamis bukan statis.
Ah, romantis sekali, ketika melihat mereka dengan gaya canda yang biasa tetapi memuat misi dakwah, yaa walaupun masih belum mampu sepenuhnya menerima kebiasaan yang di lakukan sih, tapi entahlah... romantis saat mengingat perjuangan yang dilakukan. Betapa tidak, mereka bukan orang yang dari awal menyukai agama, menjadikan agama sebagai lahan dan jalan hidup, tetapi hijrah mereka yang luar biasa, yang dari awal dari negeri antah brantah kini mereka menjadi pejuang Islam dengan jalannya. cara menemukan jalan kembali yang indah dan masih mempertahankan keindahan dengan atas nama cinta kepada Islam. sedikit banyak diingatkan bahwa menjadi manusia itu bukan soal siapa dengan siapa, tetapi Allah dan manusia. disana begitu luas maknanya hingga kata yang sering diucapkan adalah kata "maaf, atas kekurangan sempurnaan kami" ah... itu romantis sekali. (bersambung)

Rambu Materi Aqidah Akhlak X PTS Genap

  Malaikat adalah salah satu makhluk Allah yang diciptakan untuk membantu tugasNya dalam mengawasi manusia. Malaikat tidak daat dilih...