Jumat, 19 Juli 2019

Agama Dalam Sejarah


Dalam sebuah masa, sejarah terukir sebagai sistem yang tidak bisa dielakkan dalam perjalanan hidup manusia. Bukan, bukan hanya dalam sebuah cerita, tetapi sejarah mampu mengubah apa yang ada sekarang hingga apa yang akan terjadi nanti. Di dalam Islam sejarah dikenal dengan yang namanya Tsurats yang berarti yang telah belalu atau yang telah terjadi, sedangkan di dunia barat dikenal dengan istilah Histori, dan yang memiliki nilai sejarah adalah historis. Dalam kacamata penulis, sejarah menentukan apa yang akan terjadi pada seorang manusia, misalnya sejarah beragama dan sebab memeluk sebuah agama. Agama adalah produk sejarah yang orang saat itu mengatakan “ini agamaku” karena mereka telah melihat budaya yang ada didalam agama tersebut. Tanpa melihat adanya budaya yang ada didalamnya manusia juga tidak akan dapat menyimpulkan bahwa ini “baik” atau “buruk”, sehingga budaya inilah yang akan menciptakan sebuah ideologi dan paradigma yang sangat perspektif. 

Dalam hal ini sejarah menjadi tolak ukur sebuah kemajuan zaman, zaman yang akan menjadi perbandingan dengan zaman sesudahnya. Masih teringat dengan perkataan “jeh enak zamanku to bro”, sebuah kata yang sebenarnya tidak menjadi slogan akan tetapi memang ketika sebuah sejarah itu diulang dan mendatangkan sebuah stigma yang dinilai positif walau hanya oleh sebagian orang saja, maka mungkin sudah barang tentu akan menjadi sebuah mata pisau yang akan mejadi perbandingan dengan zaman-zaman berikutnya. Sejarah akan menjadi sesuatu yang menarik manakala sejarah menimbulkan sebuah nilai yang masih dianut oleh pelaku kehidupan, manusia. Misalnya, sejarah Islam akan masih sangat menarik ketika dibahas dan tidak akan pernah habis manakala seorang manusia masih memeluk agama Islam, karena akan terus mengulang-mengulang sejarah yang ada dan diceritakan hingga bergenerasi-generasi.
Dari kacamata penulis, sejarah kehidupan ataupun sejarah apapun itu akan menjadi sebuah hikmah yang dapat menjadi pijakan dalam bergerak, tidak jarang bahwa sejarah menjadi landasan gerakan maupun pemikiran, pengalaman. Pengalaman yang dimaksud bukan semata-mata pengalaman yang seolah-oleh terjadi kemarin, tetapi pengalaman yang bernilai, itulah sejarah. Bukan hanya sekedar “aku pernah mengalami” tetapi “aku pernah memahami” hal yang akan sangat berbeda dalam sebuah tindakan. “mengalami” tidak akan masif dalam pengambilan keputusan berdasarkan hikmah tersebut, tetapi jika sudah memahami maka sudah barang tentu hikmah akan menjadi landasan berpikir yang sangat masif, bahkan tidak semata-mata diingat tetapi dapat menjadi landasan dalam mengambil sebuah keputusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar

Rambu Materi Aqidah Akhlak X PTS Genap

  Malaikat adalah salah satu makhluk Allah yang diciptakan untuk membantu tugasNya dalam mengawasi manusia. Malaikat tidak daat dilih...