Selasa, 26 Juni 2018

Walimatul Ursy Sebagai Bentuk Syukur

Alhamdulillaah, pagi ini tepatnya 27 Juni 2018 bertepatan dengan pests demokrasi pemilukada serentak penulis diberikan kesempatan untuk dapat melaksanakan pencoblosan untuk memilih 2 pimpinan yang akan membawa nahkoda kabupaten Magelang dan Provinsi tercinta, Jawa Tengah. Bertepatan dengan hari besar tersebut juga telah dilangsungkan akad nikah tetangga penulis, bukan penulis lho yaa (mohon doanya semoga penulis juga disegerakan menuju akad, Aamiin).
Walimatul 'ursy, kalau orang biasanya jarang mengucapkan hal tersebut lebih pada kata resepsi. Yaa, setelah memilih calon gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakilnya penulis menuju tempat walimahan tetangga. Ada haru yang menyeruak tatkala melihat dekorasinya dan penyambut tamunya (soalnya yang nyambut tamu bapak sendiri, he he). Untuk resepsi Kali ini penulis lebih ingin menggunakan kata tasyakuran pernikahan saja karena didalamnya ada ungkapan syukur yang diungkapkan Si empunya hajat untuk mengumpulkan sanak saudara, handai taulan untuk turut serta menjadi saksi disatukannya dua insan yang telah mengikat janji suci pernikahan, menggenapkan separuh agama sekaligus menggabungkan dua keluarga besar yang sedang memangku kebahagiaan. Sebelum acaranya dimulai penulis sebenarnya merasa tidak paham dengan bahasa jawa krama inggil yang dibawakan pembawa acara. Tapi tidak masalah karena pemahaman bukan hanya didapat dari mampu memahami kata, namun bisa dengan tindakan (lihat aja nanti apa yang ditampilkan eh di laksanakan).
Adat yang dipakai dalam tasyakuran ini diwarnai adat jawa dengan pengantin dibalut dengan gain hijau kombinasi emas dengan paes agung Jogjakarta sepertinya (penulis kurang paham juga dengan model tata rias pengantinnya, maafkan juga karena pengantinnya tidak berhijab jadi tidak dapat disertakan fotonya,  harap maklum yaa....).
Dalam acara ini pengantin melaksanakan adat dengan lempar sirih, injak telur, kacar kucur (menuangkan bears dari suami ke istri), juga beberapa adat lainnya. MasyaAllah, begitu luar biasa hingga semua mata memandang dengan hidmat dengan senyum sumringah, tanda bahagia.
Sahabat, dalam acara tasyakuran pernikahan kali ini terasa berbeda juga asing bagi penulis, karena ini yang kedua Kali penulis dapat nadir di acara seperti ini walau di satu kampung karena biasanya pas bertepatan dengan kegiatan penulis yang seringdi luar rumah sehingga tidak dapat hadir, dan hanya nitipkan kado saja. Penulis merasa asing karena jarang bertemy tetangga baru (soalnya banyak istri-istri tetangga yang belum kenal), tetapi alhamdulillaah, dengan nadir di acara ini penulis dapat tahu wajah wanita-wanita cantik, ibu-ibu muda juga calon ibu. Udaranya cukup hangat sehingga asyik bagi balita disamping penulis untuk bercengkrama dengan elok dan khas anak-anak diiringi langgam jawa khas pengantin jawa.
Sambil menanti bapak penulis memberikan sambutan tuan rumah, penulis nikmati dulu hidangannya ya sahabat. Kali ini penulis duduk dibawah pohon nangka, lumayan mampu memberikan bayangannya untuk bisa berteduh karena sudah mulai panas. Lantunan ayat suci yang dibaca kali ini Q.S. Ar-Ruum: 21 yang sering menjadi ayat nikah. Eh, Si Bapak sudah menjadi wakil tuan rumah memberi sambutan (juga dalam bahasa krama inggil, duh maafkan anakmu yang tidak paham bee, hehe). Ups, Si bapak lupa nama mempelai prianya siapa, duh bee (ini julukan mesra dari penulis untuk bapak, babe (bapak dalam bahasa betawi). Acara ini nanti ditutup dengan tausyiyah boleh Bapak H. Badar (Guru fiqh sewaktu penulis menempuh pendidikan di Madrasah Tsanawiyah, tetangga penulis, juga imam masjid di sekitaran rumah penulis), semoga senantiasa diberikan kelonggaran yang benar-benar untuk senantiasa selalu berbagi ilmu dengan kita ya sahabat. Tausyiyahnya nanti dishare juga ya sahabat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar

Rambu Materi Aqidah Akhlak X PTS Genap

  Malaikat adalah salah satu makhluk Allah yang diciptakan untuk membantu tugasNya dalam mengawasi manusia. Malaikat tidak daat dilih...