Selasa, 06 Februari 2018

Muhammadiyah (Selayang Nilai Yang Mencerminkan Keabadian)




Memelihara Nafas Perjuangan Muhammadiyah
Muhammadiyah berdiri pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan 18 November 1912 M di Yogyakarta oleh Muhammad Darwis atau yang jauh lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan. Faktor yang mempengaruhi pendiriannya lebih besar menyangkut masalah aqidah, pendidikan, ekonomi yang pada masanya Dahlan merasa banyak hal yang harus diperbaiki. Masyarakat dengan keyakinan Islamnya namun belum mampu menerapkan keIslaman yang sebenarnya karena masih tercampur dengan penyakit bid'ah, tahayul dan khurafat. Keyakinan yang semacam itu harus dimusnahkan dari tubuh umat Islam yang notabene masyarakat dengan ajaran yang jelas, sumber yang jelas yakni Alquran dan hadits sebagai acuan dalam berbuat dan beribadah. Kondisi tersebut tentu akan membuat umat Islam jauh lebih tertinggal dibandingkan dengan umat yang lain. Kemiskinan dan kemelaratan ekonomi juga menjadi faktornya dimana sebagian besar masyarakat Islam terserang miskin karena penjajahan dan kurang perhatian pada potensi ekonomi dilingkungan sekitarnya yang hanya cukup menjadi pembantu orang belanda. Faktor pendidikan menjadi penting untuk dijadikan landasan berdirinya karena kebodohan dan rendahnya tingkat pendidikan tentu menjadikan masyarakat jauh lebih mempercayai orang pintar (dukun) dibanding dengan ilmiahnya ilmu pengetahuan. Apabila dalam kacamata pribadi Dahlan kita bisa melihat bahwa pemikirannya begitu cerdas dan melebihi kemampuan pemuda Kauman waktu itu. 
Muhammadiyah menggerakkan nafas juangnya melalui berbagai cara dan dimensi kehidupan manusia, dari pendididikan, ekonomi, kesehatan, dakwah dan lain sebagainya. Bahkan Muhammadiyah menempatkan dirinya sebagai organisasi yang begitu jeli dengan kritik pada negara denga jihad politiknya. Sebagai organisasi besar di Indonesia Muhammadiyah tidak memihak pada pemerintah ataupun rakyat. Artinya mana kebijakan yang patut didukung dengan segala pemikiran kemanfaatan dan kebenaran itu yang dijunjung. 
A. Semangat Gerakan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Gerakan dakwah bukan lagi hanya persoalan mimbar dan teks tertulis tentang keagamaan saja karena kini dakwah jauh harus lebih terbuka. Meminjam istilah Dr. Abdul Mu'ti bahwa berdakwah itu harus diciptakan dari ulama yang faham ilmu dan mencerahkan. Dakwah yang diusung adalah amar ma'ruf nahi munkar artinya perlu untuk terus berkembang menegakkan kebaikan dan menjauhi suatu perkara yang bathil. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu Muhammadiyah untuk merevitalisasikan dirinya menciptakan gerakan dakwah yang bukan hanya anentertainment (menghibur) namun juga anlightment (mencerahkan). Konsep dakwah ini dibawa dalam membangun seluruh wilayah pendidikan dengan terus mengupayakan munculnya kader-kader dari lembaga pimpinan Muhammadiyah. Abdul Mu'ti dakam paparannya mengenai kader dakwah Muhammadiyah yaitu:
1. Kader Mujtahid
kader yang merupakan kader dengan penguasaan keilmuan dengan sangat integratif dan interkonektif antara keilmuan umum dan agama. keserasian yang dibagun kader Mujtahid difungsikan sebagai pencerahan dan penggambaran atas jawaban persoalan-persoalan yang muncul di era kekinian. Kader dengan wawasan keilmuan ini diharapkan untuk mampu memberikan jawaban namun disertai dengan alasan rasional yang mampu diterima oleh jamaah atau audience nya. kapasitasnya yang mapu secara profesional, membangun dan memimpin, menggerakkan massa, konkretisasi, aktualisasi, objektivikasi juga mampu meregenerasi. Hal ini juga yang menjadi fokus kader dengan sebaik-baiknya mujtahid. 
2. Kader Mubaligh
Kader ini adalah kader yang memahami fatwa dengan dalil (konten knowladge), dengan bahasa yang mencerahkan juga menarik. Tantangan yang ada dimasa kini adalah konsistensi kader yang siap untuk menulis di media dengan muatan amar ma'ruf nahi munkar dengan bahasa yang ringan sehingga mampu diterima oleh pembaca secara umum.
3. Kader Makmum
Kader ini adalah penyokong dari setiap aktivitas organisasi, sehingga tidak jarang kader ini begitu sangat dibutuhkan untuk kelangsungan acara dan lancarnya kegiatan.
Dakwah amar ma'ruf nahi munkar bukan sebuah cita-cita atau aktivitas yang mustahil dilakukan dijaman sekarang. Pokok terpentingnya ada pada konsistensi dan keterbukaan dakwah pada media dengan cara yang modern, kreatif dan inovatif. Apabila mengingat sebuah penyataan "Muhammadiyah nek le ngaji wis ilang yo uwis rampung" (Muhammadiyah kalau kajiannya hilang maka akan berakhir". Kekuatannya ada pada dakwah yang senantiasa digaungkan baik dengan lisan, perbuatan maupun tulisan.
B. Mendayagunakan Kader
Kader adalah masa depan persyarikatan. Maka hari esok kita akan menjadi seperti apa tergantung bagaimana kita mengelola kader yang ada di tataran grassroot. Jika persoalannya muncul dari krisis kader itu adalah sebuah pesimisme saja, karena jika dilihat dan dihitung berapa jumlah sekolah Muhammadiyah yang tersebar, perguruan tingginya yang membesar, jumlah anak disetiap keluarga Muhammadiyah tentu tida akan yang namanya kesimpulan diambil dengan krisis kader. Pertanyaan yang justru harus dilayangkan adalah bagaimana kita mengelola kader yang begitu banyaknya?, sudahkah kita mengerti dan memahami keinginan para kader muda dibawah dan memberikan pemberdayaan terbaik?. Sungguh hal inilah yang menjadi ancaman besar bahwa jika dalam menanamkan ideologi saja lemah maka sudah barang tentu kader juga akan lemah. Kader yang ada dibawah begitu potensial dengan segala minat dan bakatnya yang luar biasa, sehingga perlu kiranya memberikan kesempatan untuk berkembang dan memfasilitasi mereka dengan wadah yang mapan dan tepat. Kader politik maka perlu dikembangkan larier politiknya dengan memberikan bekal politik yang kuat dan cukup karena Muhammadiyah adalah politic controler dari pemrintah si pemangku kebijakan. Kader pendidikan perlu diwadahi di sekolah atau lebaga pendidikan Muhammadiyah agar segala aktivitas pendidikan sesuai dengan ideologi Muhammadiyah. Bagaimana akan mencetak kader dengan ideologi Muhammadiyah jika gurunya bukan kader Muhammadiyah, akan sangat lucu dan mustahil. Prinsip kader adalah pemberdayaan sehingga perlu setidaknya nyenggol kader untuk urun rembug atau ikut berpendapat dikalangan tua, agar pandangan visioner dan kekinian juga muncul dari pemikiran muda. Kader tidak perlu dibatasi dengan atauran dalam bersikap da berkreativitas yang penting hanya dengan tataran sesuai syariat, norma dan etika saja cukup. Kualitas yang harus diberdayakan dan didayagunakan akan menyerap kader dengan lebih baik karena memberinya kesempatan untuk berkembang sesuai bidang dan keahliannya sendiri. Persyarikatan ini butuh banyak dorongan yang dapat membuat Muhammadiyah mampu berdiri tegak dan kuat pada akar perjuangannya. 
C. Konsistensi Darul Ahdi Wasyahadah
Semangat yang dibangun Muhammadiyah dalam membangun bangsa dan negara adalah semangat konsitensi. Pancasila sebagai dasar negara dan negara Republik Indonesia adalah hasil dari kesepakatan yang dilakukan oleh founding father negara ini dengan penuh kebijaksanaan dan musyawarah mufakat. Maka klaim atas negara adalah keberagaman yang mana muncul bukan hanya saat ini saja, namun sejak republik ini berdiri keberagaman sudah menjadi watak dan karakter bangsa. Muhammadiyah tidak perlu berkoar dan sesumbar bahwa dirinya paling NKRI atau Pancasila, karena sejak awal 2 hal tersebut lahir sudah banyak tokoh Muhammadiyah yang ikut andil mengembangkan dan memperjuangkan bangsa ini. Jendral Soedirman, Mas Mansyur, Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singadimeja adlah sederet nama besar yang ikut berjuang demi terciptanya NKRI. Gagasan yang muncul kemudian adalah konsistensi yang berwujud nilai yang terus dipertahankan terlebih jika berkaitan dengan kebijakan politik. Netralitas dan idealitas yang dijunjung tentu aka menghadirkan pandangan objektif dari Muhammadiyah untuk bangsa. Segala aktivitas Amal Usaha mendukung terus berkembangnya negara melalui pendidikan, kesehaan, ekonomi dan lain sebagainya. Konsepsi negara dan pandangan politik tidak boleh goyah jika memang diinginkan Muhammadiyah bertahan sebagai organisasi Islam, dakwah Isla dan Tajdid yang mengusung berkemajuan. Muhammadiyah harus terus bergerak berdiri dibelakang barisan mustafh'afin dengan membawa nama kebenaran. Menjadi golongan terstruktur dan masif dengan gerakan pencerahan tak lekang oleh zaman akan membawa Muhammadiyah berada diatas khayangan sehingga ia akan terus melambung dan mengayomi setiap hal yang berada dibawahnya. 
Muhammadiyah adalah persyarikatan yabg dibangun atas dasar keshalehan spiritual maka akan lebih baik jika nilai nilai spirtualitas tersebut masih bertahan dan dimunculkan dalam wadah yang penuh dengan kemanfaatan. Kesinambungan dan menjawab tantangan zaman. 

Tulisan ini penulis buat sebagai pengingat dan refleksi perjalanan Muhammadiyah lebih dari 1 Abad. Tulisan ini adalah murni dari pikiran penulis dengan mengkaitkan dengan beberapa kegiatan kemuhammadiyahan yang perna penulis ikuti. Fastabiqul Khairat.

2 komentar:

Silahkan Berkomentar

Rambu Materi Aqidah Akhlak X PTS Genap

  Malaikat adalah salah satu makhluk Allah yang diciptakan untuk membantu tugasNya dalam mengawasi manusia. Malaikat tidak daat dilih...