Senin, 22 Oktober 2018

Hari Santri Nasional (Moment Refleksi)

Assalamu'alaikum,
22 Oktober 2018 adalah moment spesial untuk pada santri mengingat pada tinggal tersebut diperingati sebagai hari Santri Nasional. Tepatnya kemarin ketika penulis pulang melewati pada santri yang diarak dengan Mobil his, dilengkapi sound sistem yang cukup untuk memperdengarkan shalawat kepada orang-orang yang juga sedang melewati jalan yang sama. Duh, senangnya dalam batinku. Santri adalah predikat yang ingin penulis sandang dari dulu namun apalah daya belum mendapat kesempatan buat nyantri. Di dalam hiruk pikuk yang demikian teriring kemacetan yang memanjang ada Lagu yang diputar dengan iringan musik rebana, yaa.. Lagunya alamat Palsu (dipopulerkab oleh penyanyi dangdut Ayu Ting-Ting). Liriknya sama persis, tidak ada yang dirumah. Lho.. Kok tahu?, duh kemarin saya jadi korban kemacetan yang lama itu dan na-asnya penulis hafal Lagu itu.
Dalam benak penulis juga jadi mikir, beberapa pola santri dan tantangannya kedepan:
A. Santri Dan Tantangan Global
Teringat akan jamannya dulu Muhammadiyah belum resmi didirikan, pola pendidikan agama yang diusung adalah pondok pesantren. Pola pendidikan yang berbasis mondok ini dirasa begitu efektif untuk mampu menumbuhkan sisi spiritual seorang Murid hingga saat ia pulang ke kampung halamannya mampu membagikan keilmuan yang diperolehnya kepada masyarakat. Dulu mengenal santri adalah calon kyai, hingga bukan hanya sama kyak saja takdzimnya namun sama santri juga takdzim. Dalam kurun waktu yang lama persoalan muncul yakni apakah santri zaman now masih membawa katakdziman selayaknya santri dulu atau tidak?. Hal ini tentu berkaitan dengan perannya dimasyarakat di era globalisasi ini, era revolusi industri 4.0 yang tentu menghadirkan tantangan tersendiri. Masih cukupkah santri dengan kapasitas penguasaan kitab-kitab yang dipelajarinya lalu dianggap sudah memiliki kompetensi yang cukup, atau justru seorang santri harus diarahkan menjadi sosol intelektual, kompetensi kewirausahaan ditambah softskill keagamaan?.
Tantangan jaman now adalah santri mampu menjadi pionir kebaikan ditengah tergerusnya moral generasi muda (kerjaan banyak lho ini), santri menjadi sosok penuh keterampilan yang mampu menggerakkan masyarakat dan roda ekonominya(lha PR juga nih). Jangan sampai malah santri menjadi bagian masyarakat yang justru tidak bisa menjawab persiapan zaman dan malah menjadi beban masyarakat.
Kalau persoalan dulu sebelum adanya pendidikan formal secara luas, dan masih eksklusifnya sistem pendidikan santri belum mampu menjawab persoalan zaman, maka sudah seharusnya sistem pesantren yang traditional juga membuka diri untuk mampu bersaing dengan sistem pendidikan modern. Santri pondok pesantren traditional juga kudu bisa segera berbenah bahwa dunia ini menuntut peran nyata santri untuk turut membangun peradaban bangsa.
Bisa jadi gini deh, kalau materi santri yang masih traditional itu diberikan kompetensi kewirausahaan, pengetahuan umum, wawasan lingkungan dan kebangsaan, kayak nya asyik ya. Jadi ndak cuma belajar kitab sama alquran aja, namun juga pengaplikasian Quran dan kitab dalam kehidupan nyata. Oke kan... Intinya menyesuaikan sama tuntutan zaman.
B. Santri Dalam Gerusan Moral
Pendidikan agama yang diberikan selama nyantri adalah bekal kehidupan yang harus senantiasa dijunjung tinggi. Teladan adalah hal yang tak bisa serta merta ditinggal kan, kudu diamalkan. Kekuatan yang besar bisa mengubah tatanan kehidupan, agar mampu mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam masa yang sudah tak bisa lagi dibanding sisi pergaulan, kehidupan dan gaya yang melingkupinya tentu ini menjadi cambuk yang menyakitkan bagi kehidupan pondok pesantren, sejauh mana anak pondok mampu menjadi pionir terputusnya pergaulan bebas dan kehidupan Serba tak megenakkan (keluar dari nilai moral). Santri harus bisa membendung yang demikian itu dengan pandangan generasi muda yang kekinian sehingga mampu dengan pendekatan tersebut memunculkan warna baru bagi dakwah Islam sehingga mudah diterima generasi muda.
Jika dalam hal demikian, santri tidak mampu menyesuaikan dengan kebutuhan maka inilah kehancuran generasi santri. Tergilas zaman. Santri juga kudu melek media sosial, dakwah kelas ringan lewat medsos. Jangan justru malah juga menjadi korban dari keganasan globalisasi juga. Yuk pada santri tetaplah jadi telasan dan menjelmakan harapan akan perubahan kelakuan bersanding kebenaran.
Jangan cuma mau nge hits lewat nyanyian dangdut kawan, tapi juga harus disejajarkan dengan kebutuhan masyarakat yang menuntutmu melakukan berbagai perubahan, inovasi kehidupan. Memberi nafas Segar untuk peradaban, ditengah gersangnya moral kehidupan.
Semoga sekelumit ini mampu memberikan sumbangsih pemikiran. (Di jalan pulang, 22 Oktober 2018, Magelang Borobudur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar

Rambu Materi Aqidah Akhlak X PTS Genap

  Malaikat adalah salah satu makhluk Allah yang diciptakan untuk membantu tugasNya dalam mengawasi manusia. Malaikat tidak daat dilih...