Jumat, 11 Januari 2019

Gagasan Intelektual



Dalam buku Gagasan-Gagasan Politik Gramsci dituliskan bahwa adanya intelektual organik (organic intelectual) sebagai respon kaum intelektual terhadap transdormasi sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Jika saya bisa kaitkan dengan konsep dan gagasan Kuntowijoyo dalam pembagian intelektual maka menurutnya ada yang dinamai intelektual pfofetik (prophetic intelectual). Yang ketika saya mengambil kesimpulan maka ranah keduanya sangat sejalan dan seiring. Intelektual profetik, muncul atass respon juga terhadap sebuah fenomena dalam masyarakat sebagai dasar gerakan kaum intelektual. Konsepsi yang diangkat oleh Gramsci adalah memberontakan pada sebuah penindasan oleh penguasa yang dinilai tidak sesuai dengan kaidah sosial. hingga muncul dinamika sosial dan perlawanan terhadap pemerintah, yang menjadikannya dipenjara dan diasingkan, buku yang sudah diterjemahkan ini memiliki banyak kaidah gagasan politik yang dapat diambil jalan tengah bahwa manusia sebagai maskhluk sosial harus memiliki kepekaan terhadap apa yang ada disekitar.
Intelektual adalah hasil pikir, nalar dan logika yang dibuat dalam sebuah wadah yang dinamakan konsep kecerdasan, atau nalar intelektual. Jika Kuntowijoyo dalam Islam sebagai Ilmu, menerangkan bagaimana manusia bisa mengamalkan ilmu dengan memalui berislam, karena Islam bukan semata sebuah dogma melainkan ilmu yang harus diterapkan dalam kehidupan, sebagaimana konsepsi dan konsekuensi aqidah yang telah dianutnya. Konsep Intelektual profetik ini lahir dengan tiga dimensi yang menyelaraskan didalamnya. Tiga dimensi itu ialah dimensi Intelektualitas, Transendensi, dan Humanitas. Masing-masing pembagian memiliki konsepsi yang berbeda, Dimensi intelektualitas lebih menitik beratkan bagaimana seorang bisa menjalankan misi intrelektualnya dalam kehidupan, intelektual itu butuhkan yang dinamakan pembuktian, bagaimana tidak, seseorang akan dituntut sebagai agen perubahan, agen misi pemecahan masalah. Intelektual buakan hanya bagaimana manusia bisa memikirkan tetapi bagaimana manusia bisa bertindak dari apa yang dipikirkannya. Inilah yang menjadi tantangan bagi seorang manusia yang sudah dibekali Tuhan dalam hal kelogisan, nalar dalam menyelaraskan perbuatannya dengan segenap tindakan yang bermakna penyelesaian. Nalar inilah yang harus kritis, hingga akan muncul sebuah pengakuaan tentang kesadaran kritis. Kesadaran dengan penggunaan analisis yang menggunakan berbagai sudut pandang, melihat berbagai peristiwa secara mendalam, analis dan eksploris.
Kesadaran kritis inilah yang nanatinya akan melahirkan tindakan dan solusinya. Dimensi yang kedua adalah dimensi Transendensi yang dimana sebuah keyakinan sangat mempengaruhi tindakan didalamnya, karena dimensi ini adalah dimensi yang berkaitan langsung dengan dimensi keTuhanan atau Ilahiah. Dimensi yang didalam keyakinan muncul sebagai respon pertanggung jawaban atas apa yang diucapkan, bukankah manusia pada saat peniupan ruh diambil kesaksian bahwa Allah itu Esa, dan mengimani semua yang melingkupinya, tetapi saya tidak akan membahasa dimensi keimana secara mendalam, hanya sebuah jalan bagaimana konsekwensi keimanan atas Tuhan yang diberika kepada manusia. Konsekwensi dalam sebuah Teologi sangat mungkin terjadi, bagaimana tidak seorang yang mengimani Tuhannya akan melakukan apa yang Tuhannya perintahkan dan larang dalam kehidupannya. Konsekwensi ini yang secara lahir akan dituntut dalam aksi nyata. Jika seorang yang mengaku beriman kepada Tuhannya maka Ia akan melakukan aksi nyata sebagai bukti bahwa Ia Iman dan taat pada Tuhannya. Dimensi transendental yang berarus vertikal harus bisa seimbang dengan arus yang horisontal. Arus inilah yang menjadi bukti sekaligus pembuktian kepada masyarakat yang lainnya. Inilah aksiologis dari transendensi. Dan ini juga yang disebut dengan (Teologi Sosial). Aksi ini lebih pada bagaimana mengenataskan permasalahan sosial dalam kehidupan, bagaimana pengentasan kaum Mustadh’ifin (kaum lemah) menjadi terangkat, bagaimana dengan kemiskinan menjadi teranagkat, kebodohan, kemelaratan, kejumudan berfikir, menjadi kondisi ideal yang dituntut dunia kemasyarakatan.
Dimensi yang selanjutnya adalah dimensi Humanitas, dimensi yang menyangkut langsung dengan bagaimana memanusiakan manusia, kondisi ideal yang dituntut dunia sosial. Dimensi yang lebih berperan dalam masa-masa kaidah kemanusiaan ini akan hadir seiringa bagaimana manusia bisa menyikapi realitas yang ada didalamnya. Realitas inilah yang akan melahirkan tindakan-tindakan sosial kemanusiaan. Hingga manusia bisa benar-benar melaksanakannya sebagai fungsi kemanusiaan yang selama ini melekat dalam kehidupan manusia dan pundak pemerintahan manusia.
Maka Manusia bukan hanya diam dam melihat atau sekedar memikirkan tetapi manusia lebih harus datang sebagai penyelamat bagi siapa yang perlu diselamatkan dan menjadi penolong bagi siapa yang perlu ditolong, maka hakikatnya bagaimana memanusiakan manusia, memperlakukan manusia sebagai makhluk berperibadatan dan mempunyai hak yang harus dilindungi, baik dalam konteks kenegaraan atau hanya konteks terkecil yaitu kehidupan keluarga. (salam Intelektual)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar

Rambu Materi Aqidah Akhlak X PTS Genap

  Malaikat adalah salah satu makhluk Allah yang diciptakan untuk membantu tugasNya dalam mengawasi manusia. Malaikat tidak daat dilih...